MELBOURNE (Arrahmah.id) — Seorang siswa sekolah menengah muslim mengalami ‘trauma psikologis dan mental’ setelah dia dipaksa gurunya untuk melihat kartun Nabi Muhammad di dalam kelas.
Dilansir Daily Mail (8/11/2022), seorang guru di Mount Ridley College di Craigieburn – 25 km sebelah utara CBD Melbourne – menunjukkan kartun itu dalam pelajaran di kelas 11 pada 14 Oktober lalu.
Ayah siswa perempuan itu segera mengadu ke sekolah dan menuntut permintaan maaf dari pihak sekolah.
“Dia dipaksa untuk menonton materi kartun yang eksplisit menghina dan menghujat Nabi Muhammad yang pernah ramai di Eropa,” kata ayahnya.
Menurut Dewan Islam Victoria (ICV), guru tersebut sebelumnya memperingatkan di awal pelajaran bahwa konten yang akan ditampilkan berpotensi menimbulkan ketidaknyamanan. Dia menyarankan agar siswa bebas untuk pergi jika mereka mau.
“Siswa muslim yang bersangkutan memang mengajukan keberatan terhadap materi yang disajikan tetapi guru melanjutkan,” kata ICV dalam sebuah pernyataan.
Ayah gadis itu menulis di media sosial bahwa ‘sayangnya guru tidak peduli dan terus memutar video, memaksa anak saya untuk melihat konten itu’.
“Ini telah memperburuk perasaan anak saya dan keluarga saya dengan cara yang menyakitkan dan telah menempatkan kami dalam trauma psikologis dan mental yang menyakitkan,” tambahnya.
Orang tua siswa menyampaikan keprihatinan mereka kepada sekolah, ICV, Departemen Pendidikan dan Pelatihan (DET) Victoria, dan pemerintah negara bagian.
Seorang juru bicara DET mengatakan kepada Daily Mail Australia bahwa departemen sedang meninjau insiden tersebut.
“Setelah peninjauan selesai dan departemen telah berkonsultasi dengan kelompok masyarakat, keputusan akan dibuat,” kata juru bicara itu.
Sang ayah menemui kepala sekolah dan yang lainnya untuk membahas keluhan tersebut.
“Seorang perwakilan dari Layanan Dukungan Islamofobia ICV menghadiri pertemuan ini. Beserta perwakilan DET, seorang pengacara, dan pendukung keluarga lainnya,” kata ICV.
Keluarga menginginkan guru tersebut diskors dan ada permintaan maaf publik dari sekolah, serta kesempatan untuk berbicara dengan komunitas sekolah tentang Islam dan Nabi Muhammad.
Ayah remaja itu mengatakan keluarga menuntut ‘penjelasan mengapa peristiwa semacam ini terjadi.
‘Kami juga ingin konfirmasi bahwa peristiwa semacam itu tidak boleh terjadi di institusi mana pun yang menyakiti perasaan kami.’ (hanoum/arrahmah.id)