JAKARTA (Arrahmah.com) – Ramainya diberitakan oleh media asing dan nasional tentang pelacuran di Gunung Kemukus, Kabupaten Sragen mengundang rasa ingin tahu tentang penyakit menular seksual sebagai azab Allah Ta’ala yang hinggap pada warga sekitar.
Sindonews (5/2/2014) mewartakan menurut data yang dimiliki Komisi Penanggulangan AIDS Daerah (KPAD) Sragen, sebanyak 110 warga Sragen diketahui mengidap virus HIV/AIDS.
Sekretaris KPAD Sragen, Haryoto menyebutkan dari jumlah tersebut terdiri dari 80 orang mengidap AIDS dan 30 orang tertular HIV. Bahkan 47 orang mati akibat HIV/AIDS.
Sementara Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen hanya memperketat pengawasan terhadap tiga lokasi yang diduga sebagai tempat prostitusi terselubung terkait maraknya penyebaran penyakit kelamin serta resiko tinggi tertular virus HIV/AIDS.
Ada empat lokasi yang dinilai rawan terjadi penyebaran penyakit kelamin dan berisiko tinggi virus HIV/AID di wilayah Sragen. Tiga lokasi itu yakni kompleks wisata ritual Gunung Kemukus di Sumberlawang, Wisata pemandian air panas Bayanan Sambirejo, kompleks pasar Joko Tingkir Sragen kota, dan lokalisasi Mbah Gajah Sambungmacan.
Kasi Pengendalian Penyakit dan Pengawasan Lingkungan (P2PL) Dinkes Sragen, Retno DK menyebutkan, sampai saat ini pengawasan terhadap penularan penyakit menular sangat sulit dilakukan.
Sebab mayoritas pelacur pendatang dan tidak berdomisili di lokasi lingkungan risiko tinggi itu. Mereka sering berpindah tempat, bahkan ketika diketahui ada yang terdeteksi suatu penyakit mereka melarikan diri sehingga sulit terpantau oleh Dinkes.
“Bahkan mereka yang terdeteksi penyakit dan berisiko penularan, saat dilakukan pemeriksaan rutin langsung kabur melarikan diri,” jelasnya kepada wartawan di Sragen Jawa Tengah Rabu (5/2/2014).
Lebih lanjut Retno mengungkapkan, Dinkes Sragen melalui petugas Pengendalian Penyakit dan Pengawasan Lingkungan (P2PL), yang secara rutin melakukan pemeriksaan kesehatan di sejumlah lokasi yang tersebar di beberapa titik tersebut.
Namun petugas P2PL sering mengalami kendala untuk memantau perkembangan kesehatan para pelacur. Pasalnya setiap pemeriksaan, orangnya selalu berganti-ganti. Sehingga menyulitkan petugas untuk mendata dan memantaunya.
“Setiap bulan kami rutin pemeriksaan kesehatan. Tapi kendalanya, orang yang diperiksa selalu berganti-ganti,” jelasnya lebih lanjut.
Terkait, menurut dr. Yusinarto yang bekerja di sebuah klinik di dekat Gunung Kemukus, mengungkap hampir semua pekerja seks yang bekerja di sana telah mengidap penyakit menular seksual.
“Sementara, untuk penyakit HIV/AIDS juga sudah banyak ditemukan dan trendnya juga mulai naik,” kata Yusinarto, dikutip dari VIVAnews, Rabu (19/11/2014). (azm/dbs/arrahmah.com)