(Arrahmah.com) – Derita jutaan rakyat muslim Suriah di bulan suci Ramadhan 1435 H ini belum berkurang sedikit pun. Justru derita mereka semakin bertambah dengan semakin ganasnya rezim Nushairiyah Suriah membombardir pemukiman mereka. Aleppo, Hamah, Idlib, Deir Ezzur, Raqah, Dara’a, Ghautah, Qalamoun, Lattakia dan banyak wilayah kaum muslimin lainnya sehari-hari rutin menerima serangan udara, roket, rudal, dan artileri berat Bashar Asad.
Ini merupakan Ramadhan keempat secara berturut-turut penduduk muslim Suriah merasakan penderitaan. Mereka mengalami krisis makanan, minuman, obat-obatan, pakaian, tempat tinggal, air bersih, listrik dan kebutuhan hidup normal lainnya. Ramadhan seolah bukan bulan khusus shaum wajib bagi mereka, karena sudah setiap hari selama empat tahun terakhir ini mereka merasakan kelaparan dan kehausan.
Belum sedikit pun kita bisa berbuat sesuatu untuk membantu meringankan penderitaan mereka, beberapa hari terakhir ini penduduk muslim Jalur Gaza dan Tepi Barat mengalami penderitaan serupa. Jalur Gaza mendapat serangan udara dan laut secara massif dari penjajah zionis Yahudi. Sedikitnya 23 warga muslim di Gaza telah gugur dan puluhan lainnya cedera oleh serangan Yahudi. Rumah-rumah pemukiman warga di Jalur Gaza rata dengan tanah oleh rudal-rudal Yahudi.
Jika daftar penderitaan dan kebutuhan tersebut kita tambah dengan apa yang dialami oleh kaum muslimin di Rohingnya, Xinjiang, Azawad, Afrika Tengah, Somalia, Lebanon, Irak, Ingushetia, Dagestan, dan lainnya; niscaya daftarnya akan semakin panjang. Belasan dan bahkan puluhan juta umat Islam mengalami kesulitan hidup yang luar biasa.
Saudaraku seislam dan seiman….
Bulan suci Ramadhan adalah bulan kedermawanan, bulan infak, bulan sedekah dan bulan zakat. Bulan suci Ramadhan adalah wahana kita untuk mengikis sedikit demi sedikit penyakit cinta harta, cinta dunia, tamak, rakus, kikir dan pelit. Bulan suci Ramadhan adalah saat paling tepat bagi kita untuk menyisihkan sebagian harta dan penghasilan kita untuk membantu kaum muslimin yang mengalami kesusahan.
Inilah saatnya kita berlatih. Inilah saatnya kita membiasakan jiwa kita untuk tidak terlalu erat menggenggam harta duniawi. Inilah saatnya kita membuktikan kepedulian, simpati dan persaudaraan kita dengan kaum muslimin yang mengalami penderitaan.
Sesungguhnya menginfakkan harta di jalan Allah, untuk membantu kaum muslimin yang kesusahan, adalah salah satu sifat utama kaum yang bertakwa. Bukankah kita melakukan shaum Ramadhan ini juga dalam rangka untuk meraih derajat takwa? Shaum Ramadhan saja belum akan mengangkat kita ke derajat mulia ketakwaan, jika tidak diiringi dengan amalan-amalan ketakwaan lainnya seperti infak di jalan Allah Ta’ala.
Jika jiwa kita merasa berat untuk menyisihkan sebagian harta kita di jalan Allah, untuk membantu kaum muslimin yang kesusahan, maka hendaknya kita senantiasa mengingatkan jiwa kita akan besarnya pahala di sisi Allah atas amal infak tersebut. Tiada balasan yang lebih indah selain ridha Allah dan ampunan-Nya.
Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengampuni dosa seorang pelacur perempuan di zaman Bani Israil, karena jasanya memberi minum seekor anjing yang hampir mati kehausan. Renungkanlah, seorang wanita pelacur yang banyak dosa, dan seekor anjing, hewan yang termasuk najis berat (mughalazhah).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي هَذِهِ الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا فَقَالَ فِي كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Ketika seorang laki-laki berjalan di sebuah jalan, ia mengalami kehausan yang sangat, lalu ia menemukan sebuah sumur. Ia pun turun ke dalam sumur dan meminum airnya. Lalu ia keluar dari sumur tersebut. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilati debu tanah karena kehausan yang sangat.
Laki-laki itu berkata: “Anjing ini telah mengalami kehausan yang sangat sebagaimana kehausan sangat yang aku rasakan tadi.” Laki-laki itu lalu turun ke dalam sumur. Ia memenuhi sepatunya dengan air, lalu ia gigit dengan mulutnya, kemudian ia naik sampai tiba di luar sumur. Ia lalu memberi minum anjing tersebut. Maka Allah berterima kasih kepada laki-laki itu dan Allah mengampuninya.”
Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kita akan mendapatkan pahala saat memberi minum hewan-hewan ini?”
Beliau menjawab: “Pada (memberi minum) setiap perut hewan yang hidup itu ada pahalanya.” (HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَمَا كَلْبٌ يُطِيفُ بِرَكِيَّةٍ قَدْ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ إِذْ رَأَتْهُ بَغِيٌّ مِنْ بَغَايَا بَنِي إِسْرَائِيلَ فَنَزَعَتْ مُوقَهَا فَاسْتَقَتْ لَهُ بِهِ فَسَقَتْهُ إِيَّاهُ فَغُفِرَ لَهَا بِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Suatu ketika seekor anjing berjalan mengelilingi sebuah sumur dan ia hampir mati karena kehausan. Tiba-tiba ada seorang pelacur wanita dari kalangan Bani Israil [zaman sebelum diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam] melihat anjing tersebut. Pelacur wanita itu melepaskan sepatunya dan mengambil air sumur dengannya, lalu memberi minum kepada anjing tersebut. Atas perbuatannya itu pelacur wanita itu diampuni [oleh Allah Ta’ala].” (HR. Bukhari no. 3467 dan Muslim no. 2245)
Renungkanlah… jutaan anak-anak, wanita dan orang-orang jompo kaum muslimin yang sedang kesusahan di berbagai belahan dunia. Mereka manusia, bahkan manusia mulia di sisi Allah. Dan mereka adalah saudara kita.
Semoga Allah membukakan hati kita untuk meraih ketakwaan dan kesucian dengan kegemaran menginfakkan harta di jalan-Nya. Amien. Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhib al majdi/arrahmah.com)