INGGRIS (Arrahmah.com) – Pekerja medis muslim yang bekerja di National Health Service (NHS) kerap menjadi objek Islamophobia di tempat kerja mereka.
Seperti dikutip dari Huffington Post pada 12 Sepetember 2020, mereka melaporkan kerap dirudung dan dihambat untuk dapat mengembangkan karir bahkan bersosialisasi sekali pun.
Penelitian yang dilaporkan Huffington Post ini dibuat melaui kerja sama dengan British Islamic Medical Association (BIMA) untuk melakukan survei mendalam terhadap lebih dari 100 tenaga medis Muslim.
Setelah dilakukan survey terhadap 133 orang termasuk konsultan, ahli bedah, dokter umum, apoteker, dan mahasiswa kedokteran muslim, ternyata 81% responden mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami Islamophobia atau rasisme di NHS.
Mereka tidak berani melaporkan Islamophobia atau rasisme ini karena berdampak pada pekerjaan atau kemajuan karier mereka.
Umumnya perbuatan Islamophobia atau rasisme ini muncul apabila seorang tenaga medis muslim menampakan dengan jelas kemuslimannya. Seperti mengenakan jilbab atau memiliki janggut panjang.
Pun demikian terkait masalah alkohol. Minuman beralkohol yang kerap dianggap sebagai perekat sesama pegawai NHS menjadi batu penghalang karir dan sosialisasi mereka.
Bagi banyak tenaga medis muslim, mereka memilih menghindari semua itu daripada melakukan hal yang terlarang dalam agamanya
Akibat itu, sebanyak 43% responden secara mengejutkan mengakui bahwa mereka telah mempertimbangkan untuk keluar dari NHS karena Islamophobia yang semakin parah di NHS.
“Ini mencerminkan kegelisahan masyarakat yang besar,” kata Dr Salman Waqar, sekretaris jenderal BIMA, pada Huffington Post, “Beberapa Muslim tentu tidak akan membuat keributan karena takut akan pembalasan. Tetapi melakukan kompromi kecil tentunya menyebabkan turbulensi dan kegelisahan internal.” (hanoum/arrahmah.com)