DAMASKUS (Arrahmah.com) – Para komandan dan Mujahidin Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menolak upaya oleh AS dan sekutunya untuk memaksakan pejuang oposisi menerima boneka mereka yang disebut dengan “Staf Jenderal” yang baru-baru ini dibentuk di Turki.
Mujahidin juga memperingatkan bahwa setiap upaya campur tangan asing di Suriah akan menimbulkan reaksi. Intervensi asing di bawah bendera apapun akan ditafsirkan sebagai agresi, dengan konsekuensi untuk agresor.
Mereka mengeluarkan statemen yang diposting secara online, lansir Kavkaz Center.
Dalam peristiwa lain, rezim Alawiyah secara jelas menyatakan bahwa mereka memerintahkan untuk membunuh sipil Muslim.
Dalam wawancara dengan Al Arabiya pada Senin (17/12/2012), Kolonel Enad al Abbas yang bertugas menulis laporan berdasarkan data yang dikumpulkan di markas kepolisian di 14 kota mengatakan bahwa laporan yang dikirim dari kantor Assad ke sekitar tiga kementrian di pagi hari mengarah untuk menindas demonstrasi dengan segala cara.
Abbas mengatakan ia digunakan untuk menyerahkan laporan yang dikumpulkan secara harian dari semua insiden yang terjadi secara nasional dan disampaikan kepada seorang peabat di kantor Assad.
“Laporan termasuk kesalahan yang dilakukan terhadap warga sipil seperti pembunuhan, pelecehan dan serangan terhadap hak asasi manusia, jadi dia (Assad) tahu segala sesuatu yang terjadi.”
Ketika ditanya oleh reporter Al Arabiya tentang sumber perintah untuk para polisi dan tentara dalam menangani protes, ia mengatakan perintah datang dari Kementrian Dalam Negeri rezim Assad.
Enad akhirnya membelot dan mengatakan bahwa ia tidak bisa menjadi bagian dari sebuah rezim yang menewaskan lebih dari 30.000 orang dan puluhan ribu ditangkap serta jutaan orang harus meninggalkan rumah mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)