HOMS (Arrahmah.com) – Pasukan oposisi Suriah mengatakan mereka sedang membuat strategi militer, mundur dari sebuah distrik yang terkepung di Homs, menyusul penyerangan dan tekanan bertubi-tubi selama sebulan terakhir oleh tentara rezim Alawite Assad.
Pejuang anti-Alawite mengatakan pada Kamis (1/3/2012) bahwa mereka kehabisan senjata dan kondisi kemanusiaan tengah dalam bencana.
Sehari setelah banding dari kelompok-kelompok kemanusiaan, rezim Assad dilaporkan telah memberikan izin kepada Komite Internasional Palang Merah untuk beroperasi di Bab Amr pada Jumat (2/3).
Hisham Hassan, juru bicara Palang Merah, mengatakan pada Kamis bahwa kelompok bantuan menerima “lampu hijau” untuk membawa pasokan darurat dan melakukan evakuasi warga sipil yang terkena serangan pemerintah. Sebelumnya, mereka dilarang memasuki Homs oleh rezim Assad.
Ketika serangan di pusat Homs kian intensif, oposisi utama Suriah membentuk Dewan Militer untuk mengorganisir perlawanan bersenjata dan menyalurkan senjata kepada pemberontak.
Pejuang oposisi di Bab Amr mengatakan mereka menarik diri untuk melindungi sekitar 4.000 warga sipil yang bersikeras tinggal di rumah mereka. Keputusan tersebut didasarkan pada “kondisi kemanudiaan yang memburuk, kekurangan makanan dan obat-obatan serta diputusnya aliran air, listrik dan komunikasi serta kurangnya persenjataan”.
Homs adalah kota terbesar ketiga di Suriah dengan sekitar 1 juta penduduk. Sebelum pemberontakan dimulai, aktivis memperkirakan 100.000 orang tinggal di Bab Amr. Tapi banyak dari mereka telah melarikan diri sejak tahun lalu dan penduduk diyakini jauh berkurang saat ini.
Pengepungan Bab Amr termasuk diantara yang paling mematikan dalam perjuangan menggulingkan rezim Assad. Pejuang kemerdekaan telah menguasai daerah itu selama berbulan-bulan, namun di awal Februari, tentara bengis Assad mengepung pemukiman dan mulai menembakkan peluru dari tank buatan Rusia yang menghantam ratusan rumah dan membunuh ratusan orang.
Banyak korban luka yang tidka bisa mencapai dokter, memaksa warga untuk mendirikan klinik darurat untuk para korban. Serangan tanpa henti telah mengganggu layanan listrik, internet dan telepon.
Burhan Ghalioun, kepala Dewan Nasional Suriah mengatakan dalam konferensi pers di Paris bahwa pejuang kemerdekaan telah direlokasi dari beberapa daerah tetapi mengatakan perlawanan di Bab Amr masih kuat. Tidak jelas rute pelarian yang digunakan oleh para pejuang oposisi tersebut.
Menanggapi tindakan keras yang memburuk, Dewan Nasional Suriah (SNC), badan oposisi utama mengatakan telah membentuk biro militer untuk mengorganisir perlawanan bersenjata terhadap Assad.
SNC mengatakan ngin menyalurkan senjata kepada pejuang di lapangan melalui biro tersebut. “Kami tahu beberapa negara telah menyatakan keinginan untuk mempersenjatai kaum revolusioner”.
SNC melalui biro militernya ingin mengatur aliran ini untuk menghindari pengiriman langsung senjata dari negara-negara tertentu, ujar Ghalioun di Paris. (haninmazaya/arrahmah.com)