JAKARTA (Arrahmah.com) – Pejuang anti Komunis kol.Purn. Firos Fauzan yang biasa disapa akrab Pak Firos telah tutup usia kemarin, selasa sore(3/1) di Rumah Sakit panti Nirmala, Malang Jawa Timur. Sosok yang dikenal bersahaja ini, menghembuskan nafas terakhirnya setelah dua hari mengalami koma akibat serangan stroke yang dideritanya.
Kabar duka yang beredar melalui pesan singkat yang diterima arrahmah, berasal dari mardiana puteri beliau yang meminta maaf atas nama ayahnya kepada para kolega dan teman sejawat almarhum.
“Papa baru saja dipanggil sama yang Maha Kuasa, titip pesan kepada teman-teman mohon dimaafkan jika papa punya salah”ungkap puteri mendiang pak firos.
Pria yang aktif sebagai pengurus Pusat perhimpunan Keluarga Besar Pelajar Islam Indonesia(PKB-PII) ini dikebumikan pada pagi hari tadi, Rabu (4/2) pukul 10.00 wib di Malang, jawa timur.
Pada masa hidupnya, mendiang pak firos dikenal sebagai aktivis anti komunis yang berhasil membongkar konspirasi berdirinya kembali gerakan komunis di Indonesai setelah diberangus pada tahun 1966.
Ia berpendapat, penyebutan peristiwa coup PKI sebagai G-30-S merupakan “jebakan” dan penggelapan sejarah yang sebenarnya, karena dari beberapa pengakuan saksi sejarah peristiwa tersebut terjadi pada 1 Oktober 1965.
“Istilah G-30-S itu permainan dialektika Komunis untuk memanipulasi kebenaran sejarah, Pak Nasution di bukunya mengatakan peristiwa tersebut jam 4.00 wib dini hari 1 Oktober 1965, begitu juga Bung Karno menamai dengan Gestok,” ungkap Firos.
Dengan menggunakan istilah G-30-S masyarakat hanya akan mengingat peristiwa penculikan jenderal dan gerakan militer di Jakarta, sehingga tidak menganggap peristiwa itu sebagai Kudeta yang dilakukan oleh PKI, sebagaimana Partai Palu Arit tersebut melakukan coup dengan menculik para jenderal dan aksi di daerah-daerah dengan Dewan Revolusi-nya.
1 Oktober seharusnya diperingati sebagai “Hari Duka Nasional”, bukan sebagai “Hari Kesaktian Pancasila” karena pada 1 Oktober 1965 massa aksi masih melakukan penuntutan pembubaran terhadap PKI.
“1 Oktober itu pengkhianatan Pancasila, bukan kesaktian Pancasila. Apa kita mau ikut-ikutan China yang merayakan 1 Oktober sebagai Hari Kemenangan? hati-hati, ini permainan dialektika manipulasi sejarah,” papar Firos.
Foto: Firos fauzan paling kanan sambil mengang mic
(bilal/arrahmah)