KABUL (Arrahmah.id) – Otoritas Otoritas Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Teknis (TVET) mengatakan bahwa lebih dari 2.500 orang tunarungu dan tunanetra saat ini sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan kejuruan di pusat-pusat pendidikan di negara tersebut.
Najibullah Amin, juru bicara Otoritas Pendidikan dan Pelatihan Kejuruan Teknis, menambahkan bahwa tahun depan, lebih dari empat pusat pendidikan dan pelatihan bagi tunarungu dan tunanetra direncanakan akan didirikan di provinsi Faryab, Takhar, Jawzjan, dan Helmand.
Juru bicara tersebut mengatakan: “Di empat provinsi lain, kami berencana untuk mendirikan pusat-pusat, termasuk provinsi Takhar, Helmand, Faryab, dan Jawzjan.”
Menurutnya, saat ini terdapat lebih dari 16 pusat pendidikan dan kejuruan di 14 provinsi di negara tersebut untuk tunanetra dan tunarungu, lansir Tolo News (15/3/2024).
Ali Zia, seorang pemuda tunanetra berusia 21 tahun yang telah belajar di pusat pendidikan tunanetra selama sebelas tahun, sekarang berharap dapat menjadi guru bagi teman-temannya.
Ali Zia bercerita kepada Tolo News tentang apa yang ia pelajari di Panti Tunanetra: “Di sini, kami belajar seperti di sekolah-sekolah lain; kami menerima pelatihan di bidang seni, kejuruan, dan pendidikan komputer.”
Mustafa (24), yang tidak dapat mendengar, mencari peluang untuk mendapatkan pekerjaan.
Mustafa mengatakan: “Tuhan yang tahu nasib; mungkin saya bisa mendapatkan pekerjaan atau tidak, apakah itu melibatkan grafis, desain, atau bagian yang berbeda, saya ingin bergabung dan mengajar.”
Pada saat yang sama, sejumlah tunanetra dan tunarungu menyerukan kepada Imarah Islam Afghanistan untuk memperhatikan komunitas penyandang disabilitas dan memberi mereka kesempatan kerja.
Mohammad Hossaini, seorang penyandang tunanetra, mengatakan: “Permintaan kami dari Imarah Islam adalah untuk memberikan kesempatan kerja bagi para penyandang disabilitas dan memberikan perhatian khusus kepada mereka.”
Direktur pusat tunanetra mengatakan bahwa tahun depan proses perekrutan akan diperluas, dan rencana tersebut sudah ada.
“Kami mengajar mereka secara teratur, memiliki transportasi, yang ingin kami tingkatkan tahun depan, menyelaraskan standar administrasi kami dengan standar internasional, dan memperluas kursus,” kata Noor Mohammad Faizi, direktur Institut Tunanetra.
Sebelumnya, sejumlah tunanetra di negara ini juga mengeluhkan kurangnya perhatian dari pemerintah dan lembaga-lembaga terkait terhadap tantangan mereka. (haninmazaya/arrahmah.id)