SANA’A (Arrahmah.id) – Seorang pejabat di pemerintah Yaman yang dipimpin Houtsi telah mengklaim bahwa koalisi yang dipimpin Saudi dan proksi mereka telah “menjarah” lebih dari $ 13 miliar pendapatan minyak Yaman antara 2016 hingga 2021.
Abdul Malik Al-Ajri, yang merupakan anggota Delegasi Perundingan Nasional mengatakan dalam sebuah tweet kemarin, menyatakan apa yang dia katakan adalah angka-angka dalam laporan oleh OAPEC [Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Arab] dan “selain temuan kami melalui situs Marine Traffic yang mengkhususkan diri dalam pemantauan lalu lintas maritim”. Al-Ajri juga menggambarkan pemerintah Yaman yang berbasis di Saudi sebagai “tentara bayaran” yang menghasilkan pendapatan.
Situs berita lokal 26sept.net mencatat bahwa jumlah yang besar dapat digunakan untuk membayar gaji karyawan di pemerintahan de-facto, mengurangi nilai tukar dan membantu meningkatkan standar hidup bagi warga Yaman dan meringankan penderitaan mereka.
Pendapatan, yang merupakan 80 persen dari anggaran umum negara itu dapat diinvestasikan di Yaman, “bukannya dipasok ke Bank Nasional Arab Saudi atau diarahkan ke investasi pribadi di negara-negara Turki, Mesir dan Teluk,” kata artikel itu.
Dalam sebuah laporan tentang klaim serupa bulan lalu, juru bicara Perusahaan Minyak Yaman, Issam Al-Mutawakkil, mengatakan “Yaman sebagai negara penghasil minyak menderita sama seperti negara-negara yang tidak memiliki kekayaan minyak”, menambahkan bahwa “Yaman tidak mendapat manfaat dari pendapatan minyak mentah yang diekspor ke Bank Komersial Nasional Saudi.”
Hari ini Yaman Press Agency, mengutip sumber, melaporkan bahwa pemerintah Yaman yang didukung Saudi telah menjual minyak mentah yang diproduksi dari ladang Provinsi Hadramaut, di Yaman timur. Menurut sumber, pemerintah yang didukung koalisi menjual dua juta barel minyak mentah Al-Masila senilai $ 180 juta. Kapal tanker minyak raksasa Yunani, “Maran Canopus”, sedang dalam perjalanan ke pelabuhan Dhaba untuk memuat kuantitas selama dua hari ke depan, lansir MEMO (4/8/2022).
“Pendapatan dalam jumlah besar dari minyak Marib, Shabwa dan Hadramaut ini tidak diberikan kepada Bank Sentral Yaman, tetapi masuk ke rekening milik pejabat yang didukung koalisi, di Bank Nasional Saudi di Jeddah, pada saat karyawan berada dalam kemiskinan, kondisi hidup yang sulit sebagai akibat dari pemotongan gaji mereka oleh pemerintah.” (haninmazaya/arrahmah.id)