WASHINGTON (Arrahmah.id) – Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS pada Selasa (13/6/2023) mengkritik tentara Sudan dan kelompok paramiliter, yang saling bertempur, karena tidak mengambil kesempatan dari pembicaraan yang didukung AS dan Saudi di Jeddah.
“Mereka jelas tidak mengambil kesempatan dari format yang kami berikan kepada mereka,” kata seorang pejabat, yang berbicara tanpa menyebut nama, kepada para wartawan. “Mereka tidak berhasil seperti yang mereka sepakati sebelumnya, dalam hal proses langkah demi langkah untuk mencapai penghentian permusuhan secara permanen,” kata pejabat itu, lansir Al Arabiya.
Pejabat tersebut menambahkan: “Kami pikir kami telah memberikan mereka setiap kesempatan; kami telah memberikan mereka tempat ini untuk mencoba dan bersatu dan mencoba menemukan jalan ke depan yang tidak melibatkan pencapaian hasil yang didasarkan pada kekerasan, atau dominasi militer.”
Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) dan Pasukan Pendukung Cepat (RSF) telah terlibat dalam bentrokan selama beberapa pekan ketika kedua belah pihak memperjuangkan kursi kekuasaan.
Berbicara dalam pembicaraan Jeddah, pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa upaya AS dan Saudi untuk membuat SAF dan RSF menghentikan pertempuran, bahkan untuk waktu yang singkat, terbukti sia-sia hingga saat ini. Setelah berkonsultasi dengan mitra-mitra Arab, Afrika, dan mitra-mitra lainnya, mereka berharap dapat mengumumkan sebuah jalan baru ke depan dalam beberapa hari ke depan.
Tidak lama setelah pertempuran pecah, AS dan Arab Saudi menawarkan untuk menjadi tuan rumah bagi pihak-pihak yang bertikai di Jeddah untuk melakukan pembicaraan mengenai penghentian permusuhan dalam upaya untuk memungkinkan aliran bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan bagi warga sipil.
Namun beberapa gencatan senjata yang rapuh tidak lebih dari itu, dengan kedua belah pihak terus melanggar ketentuan-ketentuan kesepakatan. Hal ini menyebabkan ditangguhkannya perundingan Jeddah meskipun Riyadh dan Washington menyatakan kesediaan dan kesiapan mereka untuk melanjutkan negosiasi ketika SAF dan RSF memenuhi persyaratan tertentu.
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa pertanyaan penting tentang negosiasi jalan keluar dari konflik saat ini tergantung pada kedua belah pihak. “Tidak ada solusi militer yang dapat diterima untuk konflik ini, kedua belah pihak terlibat dalam konflik ini, mereka harus menemukan cara untuk merundingkan jalan keluarnya.”
Pejabat itu menunjukkan tanda-tanda bahwa kedua belah pihak mulai menyadari bahwa tidak ada solusi militer; namun, tidak ada pihak yang mengambil langkah nyata untuk membantu memfasilitasi gencatan senjata yang lebih lama dan penghentian permusuhan yang lebih luas secara permanen, menurut pejabat tersebut. (haninmazaya/arrahmah.id)