DAGESTAN (Arrahmah.com) – Para pejabat AS telah melakukan perjalanan ke Dagestan untuk mewawancarai orang tua Tsarnaev bersaudara, lansir KC.
Dzhokhar dan Tamerlan Tsarnaev dituduh sebagai pelaku Bom Boston. Pejabat AS dikabarkan menggali informasi tentang Tamerlan yang pernah melakukan perjalanan ke kampung halamannya, Dagestan, dan mencari tahu apakah perjalanan itu membuat Tamerlan memiliki pandangan”radikal”.
Diketahui bahwa Tamerlan Tsarnaev ditangkap hidup-hidup oleh polisi AS, namun entah bagaimana ia kemudian dilaporkan telah meninggal dengan begitu banyak luka dan tembakan di sekujur tubuhnya. Pihak kepolisian AS mengklaim bahwa Tamerlan melawan dan terjadi baku tembak, sebelum akhirnya ia dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis dan akhirnya meninggal dunia.
Sementara Dzhokhar, adik Tamerlan, ditangkap hidup-hidup oleh polisi AS. Namun ia dikabarkan tidak bisa bicara karena terkena tembakan polisi di mulutnya yang tembus dari belakang lehernya, ia juga menderita luka tembak di kaki. Sama seperti yang dituduhkan terhadap kakaknya, polisi juga mengklaim telah terjadi baku tembak dalam drama penangkapan Dzhokhar. Ia saat ini masih harus dirawat di rumah sakit. Namun anehnya, tanpa bukti yang ditunjukkan, ia sudah dikenai dakwaan dengan ancaman hukuman mati oleh jaksa penuntut federal AS yang menuduhnya menggunakan senjata pengrusak massal dan merusak properti yang mengakibatkan kematian.
Sebuah delegasi dari kedutaan Amerika di Moskow datang untuk berbicara dengan orang tua Tsarnaev. Menurut BBC News, pembicaraan ini terus berlanjut sampai Selasa (23/4/2013) larut malam.
Tidak dilaporkan persis instansi pemerintah mana yang mewakili Amerika untuk datang ke Dagestan, tetapi juru bicara kedutaan mengatakan kepada kantor berita AFP: “FBI menerima bantuan dari pemerintah Rusia dalam penyelidikan pemboman di Maraton Boston.”
Sementara itu, pemimpin Kementerian Dalam Negeri Dagestan, Abdurashid Magomedov, membantah bahwa Tsarnaev bergabung dengan apa yang disebut sebagai “Islam radikal” di Dagestan.
“Menurut informasi kami, Tamerlan Tsarnaev memang datang ke Dagestan pada tahun 2012 untuk medapat paspor Rusia-nya kembali. Namun, Anzor Tsarnaev (ayahnya) mengatakan anaknya [berada] di republik ini hanya selama tiga atau empat hari dan pergi lagi sebelum paspornya siap,” menteri tersebut mengatakan kepada kantor berita Interfax.
Baik ayah maupun ibu Tsarnaev bersaudara telah memberikan pernyataan ke media atas kasus yang dituduhkan kepada kedua anak mereka. Meski diwawancarai media secara terpisah, keduanya telah menegaskan bahwa anak-anak mereka tidak bersalah. (banan/arrahmah.com)