KUNAR (Arrahmah.com) – Para pejabat boneka Afghanistan mengatakan serangan udara NATO telah menewaskan 15 orang, sembilan dari mereka adalah warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan di provinsi timur Afghanistan. NATO mengklaim 10 “militan” tewas dalam serangan itu dan tidak ada kematian warga sipil.
Kematian warga sipil dalam operasi militer yang dilancarkan tentara penjajah NATO dalam beberapa tahun terakhir telah meningkatkan sentimen anti-AS NATO di kalangan warga sipil Afghanistan. Berbagai aksi unjuk rasa digelar oleh rakyat Afghan yang menuntut pasukan asing angkat kaki dari negara mereka.
Serangan udara pengecut tersebut terjadi di distrik Watapur, provinsi Kunar, yang terletak dekat dengan perbatasan Pakistan. Wilayah ini merupakan benteng Mujahidin Afghanistan dan banyak pejuang asing diyakini beroperasi di sana.
Kepala polisi boneka provinsi Kunar, Abdul Habib Sayed Khaili mengatakan serangan udara menghantam sebuah truk yang membawa perempuan dan anak-anak dari desa Qoro, sesaat setelah tiga Mujahid asal arab dan tiga Mujahid Afghan diklaim gugur dalam serangan di wilayah tersebut. Pernyataannya menyebutkan bahwa itu adalah serangan pesawat tak berawak, tetapi para pejabat Afghanistan tidak mengonfirmasikan hal itu. Dari 15 korban, sembilan di antaranya adalah warga sipil, empat anak, empat perempuan dan seorang supir.
Juru bicara NATO melakukan pembelaan diri dengan mengklaim pasukannya telah melakukan sebuah operasi yang “berhasil” dan menewaskan 10 “pasukan musuh” dan menolak laporan mengenai adanya kematian warga sipil, seperti dilansir Guardian (8/9/2013).
Ia tidak memberikan penjelasan mengenai siapa sebenarnya yang tewas dan apa yang mendorong dilancarkannya serangan udara.
Menurut laporan PBB, sekitar 1.000 warga sipil Afghanistan telah gugur dan lebih dari 2.000 lainnya terluka dalam enam bulan pertama di tahun ini. Hal ini menandai peningkatan 24 persen korban dari kalangan sipil jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. (haninmazaya/arrahmah.com)