LONDON – Internet sebagai dunia abstrak tak berbatas memungkinkan seseorang bisa menyamar menjadi siapa saja.
Kekhawatiran inilah yang menumbuhkan inisiatif para ilmuwan dari Lancaster University untuk mengembangkan sebuah program komputer yang bisa mengidentifikasi seseorang yang berpura-pura menjadi anak-anak di internet dengan niat jahat pedofilia.
Dengan menganalisa bahasa dan sintaksis online, teknologi anyar ini bisa mengungkap penyamaran seseorang yang sudah dewasa dalam pencarian korban niat jahat mereka. Proyek penelitian yang lebih dikenal sebagai Project Isis ini mampu melacak kata-kata yang mengusung kode rahasia yang biasa digunakan para pedofil sebagai nama-nama file yang berhubungan dengan pornografi anak.
“Teknik penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat banyak perbedaan ketika seseorang dari kelompok umur tertentu menuliskan sesuatu. Sebenarnya bisa dibedakan ketika seseorang mengaku berumur 14 tahun padahal ia masih berumur 25 tahun,” papar peneliti dari Lancaster Universty Profesor Awais Rashid seperti dikutip dari Telegraph, Senin (20/10/1008).
“Dalam penelitian ini kami banyak menggunakan intelejensi artifisal dan ilmu algoritma sebagai analisis bahasa untuk mengidentifikasikan seseorang yang menyamar menjadi anak-anak, juga untuk mengidentifikasi orang-orang yang membahayakan bagi anak-anak,” tambah Rashid lagi.
“Dalam menjalankan proyek ini kami bisa memonitor jaringan file sharing sebagai usaha kami untk mengidentifikasi distributor inti yang biasanya mengincar agen-agen yang lemah hukum. Pemilihan tersebut didasarkan karena agen-agen seperti itu mempunyai akses untuk mendekati anak-anak sekaligus mereka bisa menyediakan foto-foto untuk kepentingan para pedofil. Orang-orang pedofil biasa menggunakan cara khusus untuk menandai file-file illegal tersebut dan saling mencarikan bagi sesame pedofil,” jelasnya.
“Bagi mereka yang tidak terbiasa dalam hal ini bisa saja terkecoh dengan file-file tersebut namun dengan analisa kami sipa saja bisa mengisolasi orang-orang seperti ini dan mempelajari bagaimana mereka bisa mempunyai ketertarikan janggal ini,” terang Rashid.
Prototype pertama teknologi ini telah diujicobakan pada sebuah data sensitif. Langkah berikutnya untuk menyelesaikan proyek yang telah dijalankan selama tiga tahun ini, peneliti akan menggunakan software tersebut pada perangkat-perangkat pemfilter pedofilia yang disediakan oleh polisi dan institusi penyelidik lainnya.
Jika terbukti efektif maka proyek dengan nama Project Isis ini akan menimbulkan kesadaran penggunaan internet yang lebih jauh lagi. (okz)