JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua PBNU H Slamet Effendy Yusuf meminta Nahdliyin atau warga NU dan jajaran pengurus NU dari tingkat desa hingga provinsi untuk mewaspadai berkembangnya paham yang dapat mengakibatkan terganggunya integritas nasional seperti paham ISIS.
Menurut Slamet, keterlibatan warga Indonesia dalam kegiatan ISIS di kawasan Suriah dan Irak menunjukkan adanya rekrutmen yang intensif yang dilakukan oleh ISIS di Tanah Air.
“Warga NU dan Muslim lainnya jangan sampai termakan mimpi-mimpi ISIS, yang seolah-olah menghidupkan kembali kekhalifahan Islam, tetapi sesungguhnya merobek-robek dunia Islam dengan mempertentangkan konsep Islam seperti jihad dan sebagainya dengan nilai universal yang penuh kebajikan dan perdamaian,” katanya di Gedung PBNU, dikutip dari Antara Rabu (11/3/2015).
Meski demikian, mantan Ketua Umum GP Ansor itu berharap agar bekas pengikut ISIS yang kembali ke Indonesia tidak dikucilkan, tetapi diajak dalam proses pemahaman yang benar dari sudut agama maupun dari sudut kepentingan negara dan bangsa.
“Temani mereka dalam masalah kebangsaan dan global secara benar, bagaimana menjadi umat Islam yang tasamuh, tawazun, yang mendahulukan kemaslahatan daripada kekerasan,” katanya.
Sementara itu Kementerian Luar Negeri RI menyatakan masih menunggu konfirmasi dari Turki terkait “hilangnya” 16 warga negara Indonesia (WNI) di Turki yang memunculkan spekulasi bahwa mereka bergabung dengan ISIS.
Direktur PWNI-BHI Kemlu RI Lalu Muhammad Iqbal di Jakarta, Selasa, mengatakan, Kemlu terus melakukan komunikasi intensif dengan otoritas di Turki untuk mencari tahu kebenaran tentang kabar bahwa 16 WNI itu akan pergi ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok ISIS.
“Kalau mengenai apakah mereka terlibat ISIS, kita akan tunggu penilaian akhir dari Turki. Kita sudah dapat informasi dari Turki mereka telah melakukan pengawasan kepada seluruh cctv dan tidak terdeteksi ke-16 orang tersebut,” kata Iqbal .
Interpol Indonesia pun telah menyurati sejawatnya di Turki terkait pencarian terhadap 16 WNI yang menghilang setelah memisahkan diri dari kelompok tur pada 24 Februari 2015 di negeri tersebut.
Sebelumnya, 24 WNI pergi berwisata ke Turki menggunakan biro jasa perjalanan Smailing Tour. Kemudian 16 di antaranya memisahkan diri dari rombongan.
Keenam belas WNI itu sebagian besar berasal dari Surabaya dan Surakarta. Begitu tiba di bandara di Istanbul, 16 WNI itu memisahkan diri dari kelompok tur dan tidak ikut ke tempat wisata yang telah direncanakan. (azm/arrahmah.com)