JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendesak pihak Google Maps agar mengembalikan peta Palestina yang dihilangkan dan digantikan dengan “Israel”.
“Harus segera dikembalikan (peta) itu,” kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj di Jakarta, Kamis (11/8), lansir Antara.
Dia menginginkan persoalan tersebut tidak berlarut-larut dan perlu penyelesaian sesegera mungkin agar tidak melebar menjadi sentimen keagamaan.
“Kalau tidak dikembalikan, akan kami lawan,” kata dia.
Dia menyamakan fenomena itu dengan penghilangan beberapa unsur NU dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia menyebutkan bahwa dalam literatur sejarah kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa peran NU telah dihilangkan.
Menurut Said, sejarah telah menghapus tokoh NU bernama Harun yang meletakkan bom di mobil panglima perang Inggris Mallaby yang tewas pada bulan November 1945 di Surabaya.
“Demikian juga dengan pelaku perobekan bendera warna biru sehingga tinggal Merah-Putih di Hotel Oranye, Surabaya, juga warga NU,” ujar dia.
Diketahui, beberapa hari terakhir dunia maya diramaikan dengan munculnya petisi online yang meminta Google untuk mengembalikan Palestina pada layanan Google Map. Hal ini dikarenakan Google mengganti nama sebagian wilayah yang diakui sebagai milik Palestina menjadi Israel.
Hingga saat ini, lebih dari 150 ribu orang telah menandatangani petisi yang berjudul Google: Masukan Palestina pada peta Anda. Petisi ini menuduh Google telah terlibat dalam pembersihan etnis yang dilakukan pemerintah Israel terhadap Palestina baik sengaja atau tidak sengaja.
Sebelumnya wartawan Palestina marah atas hilangnya peta Palestina dari aplikasi Google Map. Mereka menilai, langkah yang diambil oleh Google sebagai percobaan gagal yang bertujuan memalsukan sejarah dan geografi.
“Ini merupakan bagian dari skema Israel untuk membangun namanya sebagai negara yang sah untuk generasi yang akan datang dan menghapuskan Palestina sekali dan untuk selamanya,” begitu pernyataan Forum Wartawan Palestina (PJF) seperti dikutip dari Russia Today, Selasa (9/8/2016).
Kelompok ini menuntut Google mengembalikan nama Palestina sepenuhnya dari aplikasi Google Map dengan menunjuk semua wilayah Palestina yang diubah sebagai Israel sejak tanggal 25 Juli lalu.
“Keputusan itu bertentangan dengan semua norma dan konvensi internasional dengan menyangkal Palestina terhadap hak untuk tanah air dan hanya dirancang untuk memalsukan sejarah dan geografi,” kata pernyataan itu.
(azm/arrahmah.com)