JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam acara bedah buku karangan almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Daisaku Ikeda bertajuk “Dialog Peradaban untuk Toleransi dan Perdamaian” di Gedung PBNU, Jakarta, Selasa (19/4/2011), Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj meminta masyarakat untuk mewaspadai yayasan Islam di Indonesia yang mendapat dana bantuan dari negara Arab. Ditengarai, yayasan Islam ini menyebarkan ajaran berteologi kekerasan.
“Kita perlu waspadai yayasan-yayasan Islam yang memperoleh dana dari Arab, dan itu merupakan ajaran teologi kekerasan yang diajarkan kelompok-kelompok Islam di Arab,” kata Said Aqil Siradj
Menurutnya, fenomena Islam yang keras disebabkan oleh faktor kemiskinan, kebodohan serta pemahaman Islam yang keliru. Padahal, Islam menjunjung perbedaan dalam beragama. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin mengajarkan toleransi. Gagasan Islam yang menghargai kehidupan itu, klaim dia, tercermin dalam buku yang ditulis Gus Dur dan Ikeda.
Ada banyak hal yang perlu digarisbawahi dari statement Said Aqil Siradj di atas.
Sebagai muslim bukankah kita pun dituntut untuk bersikap seimbang. Kenapa jika yayasan yang dibiayai Arab perlu dicurigai sementara yayasan yang dibiayai negara-negara kafir tidak? Berapa banyak yayasan yang didanai orang kafir (khususnya zionis) telah merusak generasi muda di negara kita?
Contohnya, komunitas utan kayu dan JIL yang notabene mendapat dana dari yayasan Goerge Soros (pada tahun 2005 yang didalamnya ada program desiminasi ide-ide keislaman yang pluralis, inklusif dan demokratis di kampus-kampus ) dan Asian Foundation (pada tahun 2004 untuk diskusi-diskusi tentang liberalisme di kampus-kampus). Dampak dari keberadaan mereka memang tidak secara lahir terlihat, tapi coba lah baca buku-buku dan hasil karya orang-orang yang berada di utan kayu, JIL yang semuanya berisi pemahaman tentang liberalisasi agama, menjauhkan agama dari umat, dan mereduksi ahklak kaum muslimin.
Belum lagi LSM-LSM berbasis gender yang berusaha menghasut dan mengompor-ngompori tentang betapa Islam telah mendeskreditkan kaum hawa. Pemahaman islam yang kurang dan pengetahuan tentang sejarah kehidupan Nabi yang begitu sedikit disertai ratusan literasi tentang pemikiran feminis membuat LSM pengusung persamaan gender menjadi LSM yang nomer satu mengingkari ke-rahmatan lil alamin –an islam.
Jika yayasan yang dibiayai arab harus dicurigai, maka lembaga-lembaga yang mendapat dana dari negara kafir pun perlu diwaspadai. Bukankah tak ada yang gratis di dunia ini (begitu kata pepatah materialisme) maka ketika orang kafir membantu dengan sukarela pun perlu kita telisik lebih dalam agenda apa yang hendak mereka tawarkan untuk mengganti sejumlah uang yang mereka bagi-bagikan. Wallohua’lam. (m1/arahmah.com)