CALIFORNIA (Arrahmah.com) – Seorang mantan pejabat hukum senior AS, David Crane, akan memimpin penyelidikan PBB terhadap kekerasan di Gaza, kata PBB pada Rabu (25/7/2018) dilansir MEMO.
Setidaknya 140 orang Palestina telah dibunuh oleh tentara “Israel” dengan klaim melindungi perbatasan. Seorang tentara “Israel” tewas dalam protes pekanan yang dimulai pada 30 Maret.
Dewan Hak Asasi Manusia PBB memberikan suara pada Mei untuk mengatur penyelidikan atas pembunuhan itu.
Seorang jurubicara Kementerian Luar Negeri “Israel” menolak untuk memberi komentar.
“Israel” memiliki sejarah panjang tidak bekerja sama dengan penyelidikan hak asasi manusia PBB atau mengizinkan mereka mengakses Gaza.
Crane adalah seorang profesor hukum di Syracuse University yang disebut PBB memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun di pemerintah federal AS, termasuk sebagai Inspektur Jenderal Senior di Departemen Pertahanan.
“Profesor Crane menjabat sebagai Kepala Jaksa Pengadilan Khusus untuk Sierra Leone dari April 2002 hingga 15 Juli 2005, selama periode itu dia mendakwa, antara lain, Presiden Liberia saat itu, Charles Taylor,” kata pernyataan PBB.
Para wakil komisarisnya adalah Sara Hossain, seorang pengacara Bangladesh yang sebelumnya bekerja dalam penyelidikan PBB mengenai hak asasi manusia di Korea Utara, dan Kaari Betty Murungi, anggota dewan Komisi Hak Asasi Manusia Kenya dan sebelumnya seorang penasehat hukum di Pengadilan Pidana Internasional untuk Rwanda.
Para komisaris akan menyajikan laporan tertulis terakhir pada Maret tahun depan.
Koordinator khusus PBB untuk proses perdamaian Timur Tengah, Nickolay Mladenov, mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB pada Selasa bahwa ia telah mengunjungi Gaza selama sepekan terakhir dalam upaya mendesak untuk mengurangi ketegangan.
“Saya mengimbau faksi Palestina untuk tidak memprovokasi insiden di pagar, untuk segera menghentikan penembakan roket dan mortir dan untuk menghentikan layang-layang dan balon pembakar. Dan saya menghimbau ‘Israel’ untuk membuka kembali penyeberangan, menghentikan penembakan, khususnya di daerah-daerah padat penduduk, dan menahan diri terhadap Gaza,” katanya.
Namun, selama dua pekan terakhir, situasi dengan cepat berputar di luar kendali, hampir ke titik tanpa harapan.
Upaya intens yang dilakukan oleh PBB dan Mesir telah menenangkan situasi, kata Mladenov, tetapi hanya dalam jangka pendek.
(fath/arrahmah.com)