JENEWA (Arrahmah.com) – Penyelidik PBB telah mengumpulkan data mengacu pada keterlibatan pejabat senior rezim Nushairiyah Suriah, termasuk Bashar al-Assad, dalam kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang untuk pertama kalinya sejak pecahnya konflik Suriah pada tahun 2011.
Penyelidikan Komisi PBB ke Suriah telah menghasilkan “bukti besar dari kejahatan yang sangat serius, kejahatan perang, kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujar Navi Pillay, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, sebagaimana dikutip oleh BBC News, Senin (2/12/2013)
“Bukti yang ada mengindikasikan tanggung jawab di level tertinggi pemerintahan, termasuk kepala negara,” tambahnya.
Pelanggaran yang diduga termasuk pembantaian, serangan kimia, penyiksaan, pemerkosaan dan kengerian lainnya yang telah didokumentasikan oleh penyelidik ahli PBB.
Pernyataan PBB bertepatan dengan rilisnya data terbaru korban yang meninggal yang berjumlah sekitar 125.835 sejak awal konflik Suriah.
Jaringan yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), mengatakan bahwa korban termasuk warga sipil berjumlah 44.381, yang terdiri dari 6.627 anak-anak dan 4.454 perempuan.
SOHR menyatakan bahwa setidaknya 27.746 pejuang yang gugur, di antara mereka lebih dari 19.000 warga sipil yang bergabung dengan pejuang untuk melawan Assad.
Setidaknya ada 50.430 orang tewas dari pihak angkatan bersenjata Suriah dan milisi Syi’ah lokal yang mendukung Assad, menurut SOHR.
Hasil penyelidikan PBB datang menjelang “konferensi perdamaian” Jenewa II pada bulan Januari.
PBB telah berulang kali memperingatkan tentang pelanggaran hak asasi manusia yang terus meningkat di Suriah.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menggaris bawahi “kerahasiaan” dari penyelidikan PBB termasuk nama-nama yang diduga penjahat antara rezim Suriah.
Nama-nama pelaku “tetap disegel sampai saya diminta untuk memberikan nama-nama itu untuk penyidikan yang kredibel,” kata Pillay seperti dikutip Guardian.
“Ini bisa menjadi penyelidikan nasional atau investigasi internasional.”
Pillary berpendapat bahwa tawaran untuk menghancurkan senjata kimia Suriah tidak harus mengalihkan perhatian dari penggunaan senjata ‘konvensional’ yang telah menyebabkan sebagian besar kematian di Suriah. (ameera/arrahmah.com)