KHARTOUM (Arrahmah.id) — PBB mengatakan bahwa Pasukan Dukungan Cepat (RSF) Sudan dan sekutunya telah melakukan pemerkosaan massal warga sipil dan menculik beberapa perempuan sebagai budak seks selama perang lebih dari 18 bulan terakhir.
Para korban berusia antara delapan hingga 75 tahun, kata laporan misi pencari fakta PBB. Sebagian besar kekerasan seksual dilakukan oleh RSF dan milisi Arab sekutunya dalam upaya untuk meneror dan menghukum orang-orang yang dianggap memiliki hubungan dengan musuh.
“Besarnya skala kekerasan seksual yang telah kami dokumentasikan di Sudan sangat mencengangkan,” kata ketua misi Mohamed Chande Othman dalam pernyataan yang menyertai laporan setebal 80 halaman dari hasil wawancara dengan para korban, keluarga, dan saksi, dikutip dari Middle East Eye (29/10/2024).
Laporan tersebut senada dengan investigasi yang dilakukan kantor berita Reuters dan kelompok-kelompok hak asasi manusia mengenai pelecehan seksual yang meluas dalam konflik tersebut.
RSF, yang memerangi tentara Sudan, tidak segera menanggapi permintaan untuk memberikan komentar. Sebelumnya RSF mengatakan akan menyelidiki tuduhan-tuduhan dan membawa para pelaku ke pengadilan.
Paramiliter RSF berakar dari kelompok yang disebut milisi Janjaweed, yang membantu militer menumpas pemberontakan di wilayah Darfur barat, Sudan, dua dekade lalu.
Dalam konflik saat ini, RSF telah menguasai sebagian besar wilayah Sudan, termasuk Darfur Barat, di mana mereka diduga melakukan pembunuhan etnis terhadap suku Masalit dengan bantuan milisi Arab.
Misi PBB mengatakan bahwa hinaan rasis terhadap orang non-Arab di beberapa daerah negara bagian Darfur Barat banyak digunakan dalam serangan seksual, yang mengindikasikan adanya penargetan etnis.
Seorang korban dari daerah El Geneina di Darfur Barat mengatakan bahwa pemerkosanya mengatakan kepadanya di bawah todongan senjata: “Kami akan membuat kalian, gadis-gadis Masalit, melahirkan anak-anak Arab,” kata laporan itu.
Dalam kasus lain, seorang perempuan Darfur Barat ditahan selama lebih dari delapan bulan oleh para pengawal RSF dan dihamili oleh penculik utamanya melalui pemerkosaan yang dilakukan secara berulang, tambah laporan itu.
Dalam empat insiden lain, para perempuan diculik dari jalanan sebelum dipukuli dan diperkosa, lalu dilepaskan atau ditinggalkan dalam keadaan pingsan di jalan. Para pelaku kebanyakan mengenakan seragam RSF atau syal yang menutupi wajah mereka, kata para korban.
Laporan tersebut mengatakan bahwa mereka telah mendokumentasikan sejumlah kecil kasus kekerasan seksual yang melibatkan tentara Sudan, dan masih perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa mereka memiliki laporan yang dapat dipercaya bahwa kedua pihak yang bertikai telah merekrut tentara anak-anak. Bulan lalu, misi tersebut mendapati bahwa pihak tentara dan RSF telah melakukan pelanggaran besar seperti penyiksaan dan penangkapan sewenang-wenang.
Meski terkesampingkan dari tajuk utama dunia akibat konflik di Ukraina dan Gaza, perang Sudan telah menciptakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk di dunia, yang mengakibatkan ribuan orang terbunuh, lebih dari 11 juta orang mengungsi, kelaparan yang meluas, dan keterlibatan kekuatan-kekuatan asing. (hanoum/arrahmah.id)