DHAKA (Arrahmah.com) – Rencana Bangladesh untuk merelokasi 100.000 pengungsi Rohingya dari kamp-kamp pengungsi ke sebuah pulau di Teluk Benggala dianggap tidak realistis oleh seorang pejabat senior PBB pada Kamis (31/5/2018).
“Saya tidak yakin bahwa pulau itu akan menjadi solusi,” George Okoth-Obbo, asisten komisaris tinggi badan pengungsi PBB, mengatakan kepada wartawan di Dhaka pada Kamis (31/5), seperti yang dilansir Daily Sabah.
PBB dan lembaga bantuan lainnya ingin melihat fasilitas apa saja yang terdapat di pulau itu sebelum relokasi dilaksanakan, katanya.
“Kami tertarik untuk mengetahui berbagai hal,” Okoth-Obbo menambahkan.
Hampir 700.000 orang Rohingya menyeberang ke Bangladesh setelah militer Myanmar melancarkan serangan dan tindak kekerasan pada bulan Agustus 2017 yang oleh PBB disebut “tindakan pembersihan etnis”.
Pemerintah Bangladesh berencana untuk merelokasi 100.000 Muslim Rohingya ke pulau Bhashan Char di Teluk Benggala pada akhir Juli.
Badan-badan bantuan telah mengkritik langkah pemerintah tersebut, karena sebagian besar pulau itu, tenggelam jika air pasang.
Mereka juga berpendapat bahwa pulau, yang membutuhkan dua jam untuk dicapai dengan perahu mesin dari daratan, akan menjadi tempat yang berbahaya untuk hidup, karena mungkin akan terkena dampak badai siklon dan banjir selama musim hujan.
Okoth-Obbo, yang tiba di Bangladesh pada Ahad (27/5) dan mengunjungi kamp pengungsi di distrik tenggara Cox’s Bazaar, lebih menekankan agar pemerintah lebih fokus dalam mencari tempat untuk merelokasi 200.000 orang di kamp-kamp yang rentan terhadap badai siklon dan tanah longsor.
“Kami sangat prihatin melihat kondisi di kamp pengungsi, meskipun kami tahu banyak usaha yang telah dilakukan,” katanya. (Rafa/arrahmah.com)