GAZA (Arrahmah.id) — Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menekankan akan ada “tragedi yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata” jika Israel nekat melakukan invasi ke Rafah di Jalur Gaza Palestina.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) Martin Griffiths yang dikutip dari Al Jazeera (1/5/2024).
“Kebenaran yang paling sederhana adalah bahwa operasi darat di Rafah akan menjadi sebuah tragedi yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada rencana kemanusiaan yang bisa melawan hal itu,” ujarnya.
Menurutnya, apabila serangan terus terjadi, maka akan sulit bagi lembaga-lembaga untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sebab, jalan-jalan tidak akan bisa dilalui karena terjadi perang aktif.
Griffith menuturkan setelah agresi brutal Israel ke Gaza berlangsung hampir tujuh bulan, puluhan ribu nyawa warga Palestina melayang dan melukai sekitar 70 ribu warga lainnya.
Ia menuturkan Gaza harus bersiap menghadapi lebih banyak penderitaan dan kesengsaraan jika invasi Israel ke Rafah tetap dilakukan.
Rafah merupakan daerah di selatan Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir. Wilayah itu juga telah menjadi satu-satunya wilayah pelarian warga Gaza dari utara dan tengah yang menghindari gempuran Israel sejak Oktober 2023 lalu.
Rafah juga dijadikan satu-satunya pintu bagi distribusi bantuan kemanusiaan dari dunia luar ke Gaza.
“Bagi ratusan ribu orang yang mengungsi ke titik paling selatan Gaza ini untuk menghindari penyakit, kelaparan, kuburan massal, dan pertempuran langsung, invasi darat (Israel) akan menimbulkan lebih banyak trauma dan kematian,” ucap Griffiths seperti dikutip situs OCHA.
“Bagi lembaga-lembaga yang berjuang memberikan bantuan kemanusiaan meskipun terjadi gempuran aktif, jalan-jalan yang tak bisa dilalui, ranjau, kekurangan bahan bakar, penundaan di pos-pos pemeriksaan, dan pembatasan yang dilakukan Israel; invasi darat akan memberikan pukulan yang membawa bencana,” paparnya menambahkan.
Senada, Sekjen PBB Antonio Guterres menilai bahwa serangan Israel terhadap Rafah akan menjadi eskalasi yang tak tertahankan dan akan menghancurkan warga Palestina di Gaza.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bakal melakukan serangan darat di kota Rafah, ujung selatan Jalur Gaza, dengan atau tanpa kesepakatan gencatan senjata yang disepakati dengan Hamas.
Peringatan itu disampaikan Netanyahu beberapa jam sebelum Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dijadwalkan tiba di Israel yang jadi bagian tur terbaru untuk penanganan krisis Timur Tengah.
“Kami akan memasuki Rafah dan kami akan melenyapkan batalion Hamas di sana dengan atau tanpa kesepakatan [gencatan senjata],” katanya kepada keluarga beberapa sandera yang masih ditahan di Gaza, seperti diberitakan AFP (30/4).
Saat ini gencatan senjata antara Israel dengan Hamasyang ditengahi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat, belum menemukan kata sepakat.
Di tengah perundingan itu, Israel terus melancarkan serangan-serangan di berbagai titik di Gaza, hingga korbansipi yang meninggal dunia telah mencapai lebih dari 34 ribu orang. (hanoum/arrahmah.id)