KABUL (Arrahmah.com) – Perserikatan Bangsa-bangsa bersama dengan Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, pada hari Kamis (1/3/2012) menyerukan agar militer AS mengambil tindakan yang tegas pada pelaku pembakaran Al Quran di pangkalan militer NATO beberapa waktu lalu.
Meskipun Presiden AS, Barack Obama, telah meminta maaf atas insiden yang terjadi di pangkalan militer Bagram, namun kemarahan warga Afghanistan terhadap insiden yang memicu gelombang anti-Barat ini tak lagi terbendung.
Sekurangnya 30 orang terbunuh dalam aksi protes tersebut, termasuk dua staf salibis Amerika yang dibunuh oleh anggota kepolisian Afghanistan.
“Setelah meminta maaf, seharusnya ada langkah kedua, yakni tindakan pendisiplanan,” Jan Kubis, perwakilan khusus sekjen PBB untuk Afghanistan, dalam konferensi pers.
“Baru setelah ini, setelah tindakan pendisiplinan ini, pasukan internasional bisa mengatakan ‘Ya kami benar-benar meminta maaf'” tambah Kubis, tanpa menjelaskan tindakan apa yang seharusnya diambil.
Obama, dalam surat permintaan maafnya pekan lalu untuk Karzai, mengatakan bahwa pembakaran itu adalah kelalaian.
Pada saat yang sama, Kubis menyesalkan serangan terhadap kompleks PBB di provinsi Kunduz di utara pekan lalu. Akibatna, staf PBB dipindahkan di seluruh negeri.
“Kami bukanlah orang yang menodai Al-Quran,” kata Kubis. “Kami sangat, sangat, sangat menghormati Islam.”
“Kami sangat menyesalkan bahwa militer internasional mengizinkan penodaan Al Quran. Kami menolak dan mengutuk tindakan ini, tidak peduli bahwa itu adalah kesalahan.”
Sementara itu, ISAF NATO mengatakan bahwa tindakan pendisiplinan itu “dianggap perlu” dan akan diambil oleh otoritas AS setelah melakukan peninjauan menyeluruh tentang fakta dalam penyelidikan.
Hasil dari penyelidikan terpisah oleh pejabat NATO dan Afghanistan mengenai insiden pembakaran Quran bulan lalu ini diharapkan segera diumumkan. Protes baru bisa meletus jika tim investigasi dianggap terlalu lunak pada pelaku pembakar Al Quran. (althaf/arrahmah.com)