HUDAIDAH (Arrahmah.id) – Misi PBB di pelabuhan Hudaidah Yaman -yang dikendalikan oleh milisi Syiah Houtsi yang didukung Iran- menyatakan “keprihatinan besar” pada Selasa (11/1/2022) atas klaim bahwa pelabuhan tersebut sedang dimiliterisasi oleh kelompok itu, dan menuntut akses untuk inspeksi.
Misi PBB untuk Mendukung Perjanjian Hudaidah (UNMHA) menyatakan pelabuhan itu penting bagi negara miskin yang telah dirusak oleh perang tujuh tahun, sebagai akses untuk bantuan kemanusiaan.
Koalisi Arab yang bertempur bersama pasukan pemerintah menuduh Houtsi memiliterisasi pelabuhan Laut Merah dan mengancam akan menyerang mereka, setelah Houtsi merebut sebuah kapal berbendera Uni Emirat Arab pekan lalu.
“UNMHA mengingatkan para pihak bahwa pelabuhan Hodeida adalah jalur kehidupan penting bagi jutaan orang Yaman,” tulisnya dalam sebuah pernyataan.
Koalisi mengatakan kapal yang disita, Rwabee, membawa pasokan medis.
Pembajakan pada 3 Januari menimbulkan kekhawatiran bahwa konflik dapat meluas ke Laut Merah, rute penting untuk pengiriman minyak dan kargo Teluk.
“UNMHA telah meminta sebagai bagian dari mandatnya untuk melakukan inspeksi,” kata pernyataan itu, seraya menambahkan bahwa melindungi pelabuhan adalah “demi kepentingan rakyat Yaman,” lansir AFP (12/1).
Pemerintah Yaman yang diakui secara internasional mengumumkan pada Selasa bahwa pasukannya telah mengambil alih provinsi Shabwa setelah pertempuran sengit dengan Houtsi.
Koalisi Arab mengumumkan pada Senin bahwa mereka telah melakukan 11 serangan terhadap sasaran Houtsi di Marib selama 24 jam.
Shabwa adalah provinsi terbesar ketiga di Yaman, dan merupakan provinsi yang sangat penting di selatan karena sentralitas geografisnya.
Perang meletus di Yaman pada tahun 2014, dan Koalisi Arab melakukan intervensi pada tahun berikutnya. (haninmazaya/arrahmah.id)