KABUL (Arrahmah.com) – Entah ketidakwarasan macam apa yang merasuki pejabat tinggi PBB di Afghanistan. Ia dengan seenaknya menyeru Taliban untuk berpartisipasi dalam pemilihan presiden mendatang di negara tersebut.
Kai Eide, kepala misi PBB di Kabul, mengatakan pada Minggu (3/5) bahwa para mujahidin harus berpartisipasi dalam kampanye formal yang akan dilakukan Kamis minggu ini.
“Sebut saja ini rekonsiliasi, atau proses damai, apapun yang kalian inginkan, namun saya yakin bahwa oposisi harus mengetahui siapa saja yang mengambil bagian dalam pemilihan dan menghormati konstitusi memiliki pilihan untuk melakukan hal yang sama,” kata Eide, seperti yang dikutip oleh harian Inggris Observer.
‘Perkembangan’ ini muncul setelah pejabat senior AS mengatakan bahwa Washington telah siap untuk mendiskusikan pendirian partai politik bagi Taliban.
Baru-baru ini, William Wood, dubes demisioner AS untuk Afghanistan, mengatakan persetujuan atas partai tersebut telah jadi bagian dari strategi politik AS. “Pemberontakan, sebagaimana semua perang … akan berakhir jika disana ada sebuah kesepakatan, ada ruang untuk berdiskusi mengenai formasi partai politik yang akan diikutkan dalam pemilihan,” ujar Wood Maret lalu.
Menlu AS, Hillary Rodham Clinton juga telah membahas isu tersebut. Clinton mengaku-ngaku bahwa AS telah menjadi bagian dalam penciptaan kelompok terorisme semacam Taliban dan al Qaeda.
“Marilah mengingat… orang-orang yang kami perangi hari ini, kami danai mereka dua puluh tahun lalu… dan kami melakukan itu karena kami sedang terjebak dalam pertempuran melawan Uni Soviet,” katanya di dalam Kongres.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengutuk usaha AS memelihara ikatan langsung dengan Taliban tanpa keterlibatan pemerintah Afghanistan.
Setelah keberhasilan pertamanya, AS dab NATO yang akhir-akhir ini membangkitkan kembali kekuatan Taliban, telah meningkatkan intensitas serangan terhadap penduduk penduduk sipil Afghanistan.
Pada 2006, pemimpin pasukan Inggris memperingatkan Perdana Menteri Tony Blair bahwa mereka menghadapi kegagalan strategis – jargon tentara ketika menemui kekalahan – dalam pertempurannya melawan mujahidin Taliban, dan pada Maret 2009, Mayor Sebastian Morley dari resimen elite SAS Inggris mengundurkan diri setelah kembali dari misinya di Afganistan.
Dalam menghadapi ancaman para mujahidin dan penyebaran operasi militer Taliban ke Pakistan, AS dan sekutunya sudah berjanji untuk mengirim lebih banyak tentara ke Afganistan dan menyeru mujahidin Taliban untuk ikut serta dalam proses politik yang diklaim sebagai salah satu bentuk tanggung jawab dalam memperburuk situasi di Afghanistan.
Pemimpin paling berpengaruh Taliban, Mullah Mohammad Omar, sendiri jauh-jauh hari telah menyeru semua rakyat Afghanistan untuk memboikot pemilihan umum yang akan dilakukan Agustus mendatang. (Althaf/ptv/arrahmah.com)(Althaf/ptv/arrahmah.com)