JENEWA (Arrahmah.com) – Dalam pelanggaran terbaru perjanjian nuklirnya dengan kekuatan-kekuatan utama dunia, Iran telah mulai memperkaya uranium di fasilitas bawah tanah Fordow, pengawas nuklir PBB dikonfirmasi pada Senin (11/11/2019).
Stok uranium yang diperkaya Teheran terus tumbuh, para ahli menambahkan, karena Iran melanggar batas yang ditentukan oleh kesepakatan pada kegiatan nuklirnya.
Iran mengumumkan minggu lalu bahwa mereka telah mulai memperkaya uranium di situs Fordow, yang terkubur di dalam gunung. Aktivitas ini dilarang oleh perjanjian nuklir 2015, lebih dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).
Dalam laporan triwulanannya, Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mengawasi kesepakatan itu, membenarkan pelanggaran Iran.
“Sejak 9 November … Iran telah melakukan pengayaan uranium di pabrik mereka,” menurut laporan rahasia IAEA, salinan yang diperoleh oleh Reuters dan juga dilihat oleh AFP.
“Badan tersebut mendeteksi partikel uranium alami yang berasal dari antropogenik di sebuah lokasi di Iran yang tidak dinyatakan sebagai agen.” Antropogenik berarti bahwa partikel tersebut adalah hasil dari aktivitas manusia dan tidak terjadi secara alami.
Laporan itu juga menegaskan bahwa Teheran telah meningkatkan pengayaan uraniumnya, dan persediaan bahan pengayaannya telah mencapai setara dengan 551 kilogram, hampir dua kali lipat batas 300 kg yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir.
Para ahli menggambarkan aktivitas pengayaan Iran sebagai pelanggaran serius dari perjanjian tersebut.
“Penemuan partikel uranium adalah bagian dari bukti bahwa Iran terus bereksperimen dan mengembangkan program senjata nuklirnya, atau setidaknya komponennya, untuk menjaga proses tetap up to date,” kata Theodore Karasik, penasihat senior untuk Analisis Negara Teluk di Washington DC.
Fakta bahwa partikel-partikel itu ditemukan di daerah yang tidak dideklarasikan adalah pelanggaran besar yang akan menambah atmosfer ketidakpercayaan dan meningkatkan tantangan yang dihadapi negara-negara Eropa yang berupaya menjaga Iran dalam kerangka kerja JCPOA, tambahnya.
Presiden Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir pada Mei 2018.
Karasik mengatakan pelanggaran saat ini jauh melampaui pelanggaran sebelumnya.
“Iran memainkan permainan dengan angka dalam skema sentrifugal dan pengayaan,” jelasnya. “Pelanggaran di sini jauh lebih mengerikan daripada yang pernah terjadi di masa lalu karena berkaitan dengan lokasi yang sebelumnya dirahasiakan di luar Teheran. Seperti yang bisa kita lihat, Iran tidak tulus dalam pendekatannya … jadi kepercayaan itu sulit, jika bukan tidak mungkin.” (Althaf/arrahmah.com)