DAMASKUS (Arrahmah.com) – PBB mengatakan ada peningkatan risiko perang sipil bergaya Libya di Suriah, ketika lebih banyak tentara Suriah yang membelot ke pihak oposisi.
Navi Pillay, Kepala HAM PBB, mengatakan pada Rabu (9/11/2011) :”Ketika hak-hak dasar kemanusiaan diinjak-injak dan tuntutan damai berubah menjadi kekerasan brutal, orang pada akhirnya terpaksa meminta bantuan kepada pemberontakan melawan tirani dan penindasan”.
“Itu terjadi di Libya, hal itu mungkin akan terjadi di Suriah,” ujarnya kepada Dewan Keamanan PBB selama debat tentang melindungi warga sipil dalam konflik bersenjata.
Komentar Pillay datang ketika kekuatan lapis baja menyerbu desa di pusat kota Homs untuk mengejar para tentara yang membelot dan menentang pemerintahan Bashar al Assad, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Tindakan keras berlanjut
Kelompok HAM Inggris melaporkan bahwa tank-tank terus menghantam desa-desa di dekat kota Maharda dan korban terus berjatuhan.
Jaringan aktivis Komite Koordinasi Lokal melaporkan pada Rabu (9/11) bahwa sedikitnya 26 orang tewas di seluruh negeri termasuk dua orang anak.
Pillay mengatakan bahwa “lebih dan lebih banyak lagi tentara yang menolak untuk terlibat dalam kejahatan internasional dan berubah sisi. Ada resiko serius Suriah akan menuju ke perjuangan bersenjata”.
Seorang tentara yang membelot mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ia mencoba melindungi para pendemo damai dari pasukan pemerintah.
“Kami akan berperang dengan siapapun yang mencoba menyerang warga sipil, atau mencoba membunuh atau meneror mereka,” ujarnya.
Pillay menegaskan bahwa lebih dari 3.500 orang telah tewas di Suriah sejak aksi demonstrasi menentang pemerintah dimulai pada Maret.
“Puluhan ribu orang, termasuk dokter, perawat dan pasien yang terluka telah dengan sewenang-wenang ditangkap dan ditahan, menempatkan mereka pada resiko penyiksaan.”
Rezim pimpinan Assad melakukan tindakan keras berlebihan untuk membubarkan demonstrasi anti-rezim, sejak saat itu sedikit demi sedikit tentara yang dulu membela Assad, membelot dan kini berada di pihak rakyat dan oposisi. (haninmazaya/arrahmah.com)