MOGADISHU (Arrahmah.id) – Rekor kekeringan yang melanda Tanduk Afrika dapat menyebabkan 135 kematian per hari di Somalia antara bulan Januari dan Juni tahun ini, kementerian kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan UNICEF mengatakan dalam sebuah studi yang dirilis pada Senin (20/3/2023).
Awal bulan ini, WHO memperingatkan bahwa hampir 100.000 orang di negara yang rapuh ini menghadapi bencana kelaparan akibat kekeringan terburuk yang melanda wilayah tersebut dalam empat dekade terakhir.
Studi pada Senin menggunakan model statistik untuk memperkirakan bahwa hingga 135 warga Somalia dapat kehilangan nyawa mereka akibat kekeringan setiap hari selama enam bulan pertama tahun ini, dengan total kematian diproyeksikan antara 18.100 hingga 34.200 jiwa, lansir The New Arab.
Studi tersebut juga mengatakan bahwa kondisi cuaca ekstrem mungkin telah menyebabkan 43.000 “kematian berlebih” tahun lalu dibandingkan dengan kekeringan pada 2017, dengan anak-anak di bawah usia lima tahun mencapai setengah dari jumlah korban.
Penelitian ini ditugaskan oleh UNICEF dan WHO dan dilaksanakan oleh London School of Hygiene and Tropical Medicine dan Imperial College London.
“Kami berpacu dengan waktu untuk mencegah kematian dan menyelamatkan nyawa,” kata Mamunur Rahman Malik, perwakilan WHO untuk Somalia.
“Biaya dari kelambanan kita akan berarti bahwa anak-anak, perempuan dan orang-orang yang rentan lainnya akan membayar dengan nyawa mereka sementara kita dengan putus asa dan tak berdaya menyaksikan tragedi ini terjadi.”
Lima musim hujan yang gagal secara berturut-turut di beberapa bagian Kenya, Ethiopia dan Somalia telah membunuh jutaan ternak, menghancurkan tanaman, dan memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari makanan dan air.
Para peramal cuaca mengatakan bahwa musim hujan keenam juga diperkirakan akan gagal, mengonfirmasi kekhawatiran lembaga-lembaga bantuan yang telah memperingatkan akan terjadinya bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Meskipun ambang batas kelaparan belum tercapai, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa lebih dari separuh penduduk Somalia akan membutuhkan bantuan kemanusiaan tahun ini.
Somalia dilanda kelaparan pada 2011 yang menewaskan 260.000 orang, lebih dari separuhnya adalah anak-anak di bawah usia enam tahun, sebagian karena komunitas internasional tidak bertindak cukup cepat, menurut PBB.
Pada 2017, lebih dari enam juta orang di negara ini, lebih dari setengahnya adalah anak-anak, membutuhkan bantuan karena kekeringan yang berkepanjangan di Afrika Timur.
Namun, aksi kemanusiaan yang cepat berhasil mencegah terjadinya kelaparan pada tahun itu.
Negara yang dilanda konflik ini dianggap sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, tetapi tidak memiliki peralatan yang memadai untuk menghadapi krisis. (haninmazaya/arrahmah.id)