AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Jutaan orang Afghanistan menghadapi kelaparan setelah kekeringan yang membuat tanaman mati di negara yang sedang dilanda perang itu, kata pejabat AS pada Selasa (29/5/2018), ia menyerukan tambahan $ 115 juta untuk membantu tiap keluarga membeli makanan.
Dua pertiga dari 34 provinsi di Afghanistan telah dilanda kekeringan sejak akhir tahun lalu, ungkap sebuah pernyataan dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Beberapa sungai dan sumber air benar-benar kering, dan panen gandum terakhir “benar-benar mengalami kegagalan”, kata Organisasi Pangan dan Pertanian Afghanistan.
“Kekeringan telah melanda selama enam bulan, jutaan orang berada dalam situasi kelaparan yang parah tanpa mengetahui dari mana makanan mereka selanjutnya akan datang,” kata Toby Lanzer, koordinator kemanusiaan PBB di Afghanistan.
Kekeringan telah memaksa 21.000 orang meninggalkan rumah mereka dan menetap di pinggiran kota Herat, kata OCHA.
Kekeringan juga telah merugikan para penggembala nomaden yang dikenal sebagai Kuchis, karena padang rumput telah mengering di beberapa daerah, termasuk provinsi timur laut Badakhshan dan Kunduz.
“Hewan-hewan itu terlalu lemah untuk berjalan ke padang rumput mereka yang biasa di provinsi Badakhshan dan para penggembala harus menyewa truk untuk membawa mereka ke sana,” OCHA mengutip perkataan Abdul Majidi, kepala departemen pertanian Kunduz.
Harga domba telah turun sebanyak 40 persen, tetapi banyak Kuchis menjual mereka karena putus asa, menurut laporan OCHA.
Biaya gandum melonjak hingga 50 persen, bahkan di kota Kandahar harga gandum melonjak empat kali lipat ketika jalan sementara ditutup pada bulan April karena pertempuran. (Rafa/arrahmah.com)