NEW YORK (Arrahmah.com) – Ratusan ribu warga Suriah yang melarikan diri dari aksi pemerintah yang ganas ke daerah-daerah yang lebih kecil di dekat perbatasan Turki berada di bawah kondisi yang mengerikan, termasuk suhu di bawah titik beku yang membunuh bayi dan anak-anak, kepala kemanusiaan PBB telah memperingatkan.
Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB, Mark Lowcock mengatakan pada Rabu (19/2/2020) bahwa “bencana kemanusiaan yang sedang berlangsung” di provinsi Idlib barat laut Suriah telah mengundang upaya untuk memberi dan menyediakan bantuan.
Hampir 900.000 orang, lebih dari setengahnya adalah anak-anak, telah meninggalkan rumah mereka sejak 1 Desember, ketika pasukan pemerintah Suriah yang didukung Rusia mendesak maju dengan serangan militer untuk mengusir pejuang oposisi dari benteng terakhir mereka di negara itu.
“Mereka pindah ke daerah yang semakin ramai yang mereka pikir akan lebih aman,” kata Lowcock.
“Tapi di Idlib, tidak ada tempat yang aman.”
Lowcock mengatakan pertempuran berlangsung sekarang di sekitar daerah padat penduduk dimana orang-orang yang ketakutan berlari atau menumpangi truk untuk menyelamatkan diri mereka. “Mereka sekarang berada di Dana dan Sarmada, ke arah perbatasan Bab al-Hawa yang ditutup yang bersinggungan dengan negara tetangga Turki, dalam gelombang perpindahan terbesar sejak dimulainya perang hampir sembilan tahun lalu.”
Hampir 300 warga sipil tewas dalam serangan tahun ini di wilayah barat laut, dengan 93 persen kematian disebabkan oleh pasukan Suriah dan Rusia, menurut PBB.
Sebelumnya pada hari Rabu (19/2), utusan khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen menggemakan alarm Sekretaris Jenderal Antonio Guterres pada kemunduran cepat situasi kemanusiaan “dan penderitaan tragis warga sipil”.
“Permusuhan sekarang mendekati daerah-daerah berpenduduk padat seperti kota Idlib dan perbatasan Bab al-Hawa, yang memiliki konsentrasi tertinggi pengungsi sipil di barat laut Suriah dan juga berfungsi sebagai garis hidup kemanusiaan,” katanya.
Pedersen memperingatkan, “Potensi untuk pemindahan massal lebih lanjut dan lebih banyak lagi penderitaan manusia yang nyata terlihat, karena semakin banyak orang terkurung ke dalam ruang yang semakin menyusut.”
Dia mengatakan Rusia dan Turki, sebagai sponsor dari gencatan senjata yang rapuh di Idlib, “dapat dan harus memainkan peran kunci dalam menemukan cara untuk menguraikan situasi sekarang”, meskipun pertemuan antara delegasi kedua negara di Ankara, Munich, dan Moskow baru-baru ini dan kontak antara kedua presiden belum membuahkan hasil.
“Sebaliknya, pernyataan publik dari berbagai tempat, Suriah dan internasional, memperkirakan bahaya eskalasi lebih lanjut,” kata Pedersen. (Althaf/arrahmah.com)