JENEWA (Arrahmah.com) – Muslim Rohingya masih melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dan Perserikatan Bangsa-Bangsa bersiap untuk kemungkinan “eksodus lebih lanjut”, kata kepala bantuan kemanusiaan PBB, Jum’at (6/10/2017).
Sekitar 515.000 pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh dari negara bagian barat Rakhine hanya dalam enam minggu sejak akhir Agustus. PBB menyebut gelombang pengungsian ini sebagai gelombang darurat pengungsi tercepat di dunia.
Krisis pengungsi dimulai setelah pasukan keamanan Myanmar menanggapi serangan pembalasan Rohingya pada 25 Agustus dengan melakukan tindakan brutal yang telah dikecam PBB sebagai pembersihan etnis.
Myanmar menegaskan bahwa pasukannya “harus melawan teroris” yang telah membunuh warga sipil dan membakar desa-desa, serta menolak tuduhan pembersihan etnis.
Namun kelompok hak asasi manusia mengatakan lebih dari separuh lebih dari 400 desa Rohingya di utara Negara Bagian Rakhine telah dibakar dalam sebuah kampanye yang dilakukan oleh pasukan keamanan dan warga Buddha untuk mengusir ummat Islam.
Mark Lowcock, sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, mengulangi seruan untuk mengakses penduduk di Rakhine utara, dengan mengatakan bahwa situasi di sana “tidak dapat lagi diberi toleransi”.
Myanmar telah memblokir sebagian besar akses ke wilayah tersebut, walaupun beberapa agen memiliki kantor terbuka di kota-kota di sana dan Komite Palang Merah Internasional membantu Palang Merah Myanmar untuk memberikan bantuan.
“Gelombang pengungsian dari Myanmar ini belum berhenti, ratusan ribu orang Rohingya masih terjebak di Myanmar, kami siap jika ada eksodus lebih lanjut,” kata Lowcock dalam sebuah konferensi pers di Jenewa.
“Setengah juta orang masih belum mampu melarikan diri dari kampung halaman mereka.”
Diperkirakan 2.000 pengungsi Rohingya tiba di Bangladesh setiap harinya, Joel Millman dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) mengatakan pada sebuah pertemuan terpisah.
Pejabat Myanmar mengatakan bahwa mereka berusaha meyakinkan kelompok yang mencoba melarikan diri ke Bangladesh namun tidak dapat menghentikan orang-orang yang diklaim bukan warga negara Myanmar untuk pergi meninggalkan negara mereka.
Kantor Berita resmi Myanmar mengatakan “sejumlah besar” umat Islam bersiap untuk melintasi perbatasan. Kantor berita tersebut menyebutkan alasan para pengungsi sebagian besar adalah “kesulitan untuk memperolah mata pencaharian”, masalah kesehatan dan ketidakamanan.
Badan bantuan telah memperingatkan adanya krisis gizi buruk dimana sekitar 281.000 pengungsi di Bangladesh membutuhkan makanan yang mendesak, termasuk 145.000 anak balita dan lebih dari 50.000 perempuan hamil dan menyusui. (althaf/arrahmah.com)