JENEWA (Arrahmah.com) – Muslim Rohingya yang terjebak di Myanmar masih menghadapi “risiko serius genosida”, kata para penyelidik PBB Senin (16/9/2019), yang memperingatkan pemulangan satu juta orang yang telah diusir dari negara itu oleh tentara tetap “tidak mungkin” dilakukan.
Misi pencarian fakta ke Myanmar, yang dibentuk oleh Dewan Hak Asasi Manusia, tahun lalu mencap operasi militer pada 2017 sebagai “genosida” dan menyerukan penuntutan para jenderal top, termasuk panglima militer Min Aung Hlaing.
Sekitar 740.000 Rohingya melarikan diri dari desa-desa yang terbakar, membawa laporan pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan di perbatasan ke kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.
Namun dalam sebuah laporan yang memberatkan, tim PBB mengatakan 600.000 Rohingya masih terjebak di dalam negara bagian Rakhine Myanmar tetap dalam kondisi yang memburuk dan “menyedihkan”.
“Myanmar terus menyembunyikan niat genosida dan Rohingya tetap di bawah risiko serius genosida,” kata para peneliti dalam laporan akhir mereka tentang Myanmar, yang akan disampaikan Selasa (17/9) di Jenewa.
Negara itu “menyangkal kesalahan, menghancurkan bukti, menolak untuk melakukan penyelidikan yang efektif dan membersihkan, meratakan, menyita, dan membangun di atas tanah tempat mereka mengungsi Rohingya,” katanya.
Juru bicara militer Myanmar Zaw Min Tun menolak temuan tim, menyebut laporan tersebut sebagai laporan “sepihak.”
“Alih-alih membuat tuduhan yang bias, mereka harus turun ke lapangan untuk melihat kenyataan,” kata Zaw Min Tun kepada AFP. (Althaf/arrahmah.com)