DAMASKUS (Arrahmah.com) – Jumlah korban tewas dalam kerusuhan di Suriah melejit hingga 3.500 orang, PBB mengatakan Selasa (8/11/2011). Jumlah ini dinilai PBB cukup mengkhawatirkan dalam lingkup tindakan keras militer rezim terhadap pemberontakan rakyat Suriah yang telah berlangsung 8 bulan.
Fenomena pembunuhan sudah menjadi makanan harian bagi masyarakat Suriah. Kebencian terhadap pemerintah pun terus mencapai permukaan. Sejumlah analis menyatakan bahwa terdapat tanda-tanda baru bahwa pemberontakan terhadap rezim bergeser menjadi perlawanan bersenjata, serta mengancam meningkatnya pertumpahan darah.
Hal ini terlihat di kota Homs. Pekan ini, pasukan keamanan Suriah telah mengepung kota itu untuk ketiga kalinya selama tahun ini untuk membasmi pemberontakan. Sementara itu, rakyat Suriah memasang pertahanan yang cukup kuat.
Di Jenewa, juru bicara Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan hitungan 3.500 korban tewas itu kemungkinan adalah hitung-hitungan lama.
“Kami sangat prihatin dengan situasi dan kegagalan pemerintah untuk mematuhi seruan internasional dan regional demi mengakhiri pertumpahan darah,” kata Ravina Shamdasani.
Shamdasani mengatakan kepada Associated Press bahwa jumlah yang diumumkan oleh PBB ini diperoleh dari berbagai sumber yang kredibel di lapangan.
Setidaknya 110 orang telah tewas di kota Homs pekan terakhir, menurut aktivis, 40 diantaranya dari Baba Amr.
Listrik, air dan saluran telepon di wilayah yang bergolak telah dimatikan.
Sementara itu, sebuah video amatir diposting secara online kemarin (8/11) yang menunjukkan sekelompok kecil tentara Suriah membelot dari rezim Al Assad dan mengemudi kendaraan militernya melalui Baba Amr pada hari Senin dengan senapan otomatis dan senapan bahu RPG.
“Kami di sini untuk melindungi para demonstran damai yang tak bersenjata di Baba Amr,” kata seorang tentara yang mengidentifikasi dirinya sebagai anggota brigade Al-Farouk. (althaf/arrahmah.com)