GAZA (Arrahmah.com) – PNN melaporkan bahwa di Jalur Gaza, tujuh minggu pertempuran antara kelompok perlawanan dengan pasukan Zionis selama bulan Juli dan Agustus 2014, mengakibatkan kerugian dan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang memperburuk situasi yang sudah rapuh.
Sebanyak 1.549 warga sipil, sepertiga dari mereka adalah anak-anak gugur dan sekitar 11.000 lainnya terluka. 20.000 rumah hancur total atau tidak lagi bisa dihuni, meninggalkan 100.000 pengungsi yang tersebar di seluruh Gaza.
Gaza tetap dalam krisis dengan sebagian besar dari 100.000 pengungsi masih menjadi tunawisma. PBB telah menangguhkan bantuan kepada keluarga yang kehilangan tempat tinggal karena kekurangan 600 juta USD sumbangan yang dijanjikan.
Larangan ekspor, yang tidak memiliki justifikasi yang masuk akan atas keamanan “Israel”, mengakibatkan penduduk Gaza menganggur dan sebagian warga Gaza bergantung pada bantuan pangan.
Larangan impor bahan konstruksi menyebabkan kesulitan besar terutama bagi 100.000 pengungsi yang kehilangan tempat tinggalnya selama perang dan saat ini masih menjadi tunawisma.
Pembatasan bantuan kemanusiaan adalah bentuk lain dari hukuman kolektif.
Baru-baru ini, pasukan angkatan laut Zionis melepaskan tembakan dan membunuh seorang nelayan Gaza yang sedang memancing ikan di barat kota Gaza, untuk alasan yang tidak jelas. Dalam 30 kasus serupa, pasukan “Israel” melepaskan tembakan ke kapal nelayan Palestina yang berlayar di dekat batas memancing yang ditetapkan oleh “Israel” termasuk satu insiden yang mengakibatkan cedera pada dua nelayan dan kerusakan parah perahu mereka dan satu kasus penahanan enam nelayan “Israel”.
UNRWA berjanji akan memberikan bantuan sebesar 175 juta USD untuk mendukung program penampungan darurat dari total 720 juta USD yang dibutuhkan. UNRWA sangat memerlukan 100 juta USD pada kuartal pertama 2015 untuk memungkinkan pengungsi yang rumahnya rusak ringan untuk memperbaiki rumah mereka. (haninmazaya/arrahmah.com)