COLOGNE (Arrahmah.com) – Sekitar 1.700 pengikut gerakan anti-Islam PEGIDA melakukan pawai di dekat stasiun kereta api pusat untuk memprotes serentetan perampokan dan kekerasan seksual selama malam tahun baru di kota, yang dituduhkan kepada para pengungsi oleh kelompok sayap kanan itu.
Polisi meminta kepada pendukung PEGIDA untuk mengakhiri pawai mereka setelah beberapa demonstran di antara kelompok itu mulai menyerang polisi dengan botol bir dan petasan, sebagaimana dilansir oleh Muslim News, Ahad (10/1/2015).
Selama bentrokan antara polisi dan beberapa pengunjuk rasa, polisi menggunakan semprotan merica dan meriam air.
Perampokan dan kekerasan seksual di stasiun pusat Cologne pada malam tahun baru ini telah memicu kekhawatiran keamanan di masyarakat Jerman tentang masuknya pengungsi, kelompok sayap kanan telah mencoba menggunakan isi ini untuk menyerang kebijakan pintu terbuka pemerintah kepada para pencari suaka.
“Merkel telah menjadi bahaya bagi negara kita,” seorang anggota PEGIDA mengatakan kepada para demonstran, lansir Yahoo News, Ahad (10/1).
“Merkel harus pergi!”
Gerakan PEGIDA yang berbasis di Dresden menentang penyebaran Islam di Eropa. Kelompok itu mengklaim untuk melawan “hatemongers, terlepas dari apa agama mereka” dan “radikalisme, apakah termovasi agama atau politik.” Namun, Merkel sendiri telah mengecam ideologi rasis kelompok tersebut, dan mengatakan bahwa mereka memiliki “sikap dingin, prasangka dan kebencian dalam hati mereka.”
Pegida telah dengan keras mengecam masuknya pencari suaka ke Jerman, dan serangan yang melanda perayaan Tahun Baru di Cologne hanya menambahkan bensin ke dalam api.
Pada hari Sabtu, kepolisian Cologne mengumumkan bahwa pengaduan kriminal yang mereka terima saat peristiwa di malam tahun baru telah meningkat menjadi 379, dan 40 persen dari mereka adalah keluhan pelecehan seksual.
Lebih dari seminggu setelah peristiwa itu, kelompok PEGIDA mengadakan pertemuan di stasiun pusat Cologne dan motif mereka masih belum jelas. Aktivis hak asasi manusia telah memperingatkan terhadap kecurigaan umum atas pengungsi.
Berada di bawah tekanan, Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengumumkan bahwa pemerintahnya akan memeriksa perubahan hukum yang mungkin untuk memfasilitasi deportasi pengungsi yang dihukum karena kejahatan tersebut.
(ameera/arrahmah.com)