JAKARTA (Arrahmah.com) – Pemerintah Indonesia perlu mengetahui bahwa harga saham PT Freeport Indonesia saat ini tak ada lagi nilainya.
“Harganya (saham Freeport) itu sudah drop, hancur. Kalau pemerintah beli, BUMN pasti bangkrut dan rugi. Siapapun negara di dunia ini sudah enggak akan mau beli saham Freeport itu,” tegas Mantan Menteri Keuangan Fuad Bawazier disela-sela KB PII di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Ahad (17/1/2016), lansir Tribun.
Oleh karena itu dia menyarankan pemerintah agar tidak membeli saham senilai US$ 1,7 miliar atau senilai Rp 23,83 triliun (kurs Rp 14.016 per dolar AS) yang ditawarkan perushaan asal Amerika Serikat itu.
Fuad mengungkapkan saham Freeport terus menurun dari harga 60 dollar AS per sahamnya sejak tahun 2012.
Tahun lalu, harga saham Freeport pun drop menjadi 8 Dollar AS. Saat ini harga saham perusahaan tambang terbesar dunia itu pun hanya 3,5 Dollar AS per sahamnya.
Fuad mencurigai Freeport dengan kondisi yang sudah kepepetnya itu akan melepas semua sahamnya.
Padahal Freeport belum tentu dapat jaminan jika masih akan terus melakukan kegiatan penambangan setelah tahun 2019 nanti.
“Kalau tidak diperpanjang ya sahamnya seharga tissue toilet, kecebong aja repot. Dunia tak ada lagi yang mau beli. Karena gak ada penghasilan lagi nanti. Pemerintah harus berani tolak itu penawaran sahamnya atau kasih ke swasta aja,” katanya.
Atas dasar itu kata Fuad tak ada lagi alasan bagi pemerintah untuk membeli saham tersebut.
“Itu sudah go public sahamnya di Wall Street. Siapa yang mau tanggug jawab nanti kalau sahamnya sudah tinggal 1 dollar? Terus rugi, ga ada harganya. Jadi tunggu aja nanti sampai renegoisasi 2019 dengan syarat. Masa kita sekarang mau beli nyemplungin kaki beli saham itu,” katanya.Sebab, Freeport di Amerika Serikat pun sahamnya sudah go publik dan bisa diakses semua pihak.
Harga yang ditawarkan PT Freeport Indonesia untuk 10,64% sahamnya senilai US$1,7 miliar dianggap terlalu mahal dan di atas harga wajar.
Terlalu mahal
Sebelumnya Direktur Centre for Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss) Budi Santoso menilai harga seluruh saham Freeport Indonesia hanya sekitar US$11,6 miliar. Perhitungan tersebut berdasarkan asumsi laba bersih yang stabil hingga masa kontraknya habis pada 2021 ditambah nilai aset pada 2014.
Dia menjelaskan aset Freeport Indonesia pada 2014 tercatat senilai US$9,1 miliar dengan laba bersih senilai US$500 juta atau turun dari laba bersih pada 2013 senilai US$784 juta. Jika laba bersih diasumsikan tetap hingga 2019, maka nilainya seluruh sahamnya US$11,6 miliar saja atau US$1,23 miliar untk 10,64% saham.
“Perlu diingat dan menjadi pertimbangan, lima tahun ke depan Freeport akan lebih banyakdevelopment, sehingga produksi dan profitnya akan terus turun. Apalagi empat tahun terakhir Freeport tidak membayar dividen dan bisa berlanjut selama lima tahun ke depan,” katanya, lansir Bisnis Jumat (15/1/2016).
Menurutnya, pemerintah harus mengkaji degan cermat penawaran dari perusahaan asal Amerika Serikat tersebut. Jangan sampai Freeport Indonesia menggunakan asumsi bahwa operasi pertambangannya akan berlanjut hingga 2041.
(azm/arrahmah.com)