HOMS (Arrahmah.id) – Pasukan keamanan Suriah sedang melakukan sebuah operasi di kota Homs, media pemerintah melaporkan pada Kamis (2/1/2025), dengan kelompok monitor mengatakan bahwa operasi tersebut menargetkan dua distrik yang merupakan rumah bagi minoritas Alawiyah yang merupakan pendukung presiden terguling Bashar al-Assad.
“Kementerian Dalam Negeri, bekerja sama dengan Departemen Operasi Militer, memulai operasi penyisiran berskala besar di lingkungan kota Homs,” kata kantor berita pemerintah SANA mengutip seorang pejabat keamanan.
Kantor berita tersebut mengatakan bahwa targetnya adalah “penjahat perang dan mereka yang terlibat dalam kejahatan yang menolak untuk menyerahkan senjata mereka dan pergi ke pusat-pusat pemukiman” dan juga “amunisi dan senjata yang disembunyikan.”
SANA kemudian mengutip seorang pejabat militer yang mengatakan bahwa pihak berwenang diberitahu beberapa pekan yang lalu bahwa “sisa-sisa milisi al-Assad” masih berada di beberapa bagian kota Homs.
Sejak pasukan oposisi menggulingkan al-Assad bulan lalu, pemerintah transisi telah mendaftarkan mantan wajib militer dan tentara dan meminta mereka untuk menyerahkan senjata mereka.
Pihak berwenang telah mengirim pasukan dan “pasukan lapis baja” untuk mencari “mereka yang menolak untuk menyelesaikan urusan mereka dan menyerahkan senjata” di Homs, kata SANA.
Mereka juga memberlakukan jam malam di beberapa bagian kota.
Kementerian Dalam Negeri menyerukan kepada penduduk di lingkungan Wadi al-Dhahab (dan) Akrama untuk tidak keluar ke jalan, tetap berada di rumah, dan bekerja sama sepenuhnya dengan pasukan kami,” kata SANA.
Rami Abdel Rahman, yang mengepalai lembaga pemantau perang Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris, mengatakan kepada AFP bahwa dua distrik di Homs, yaitu Wadi al-Dhahab dan Akrama, adalah daerah yang dihuni oleh mayoritas warga Syiah, yang merupakan komunitas yang menjadi asal usul Assad.
“Kampanye yang sedang berlangsung ini bertujuan untuk mencari para mantan Shabiha dan mereka yang mengorganisir atau berpartisipasi dalam demonstrasi Alawiyah pekan lalu, yang dianggap pemerintah sebagai penghasutan untuk menentang otoritasnya,” katanya.
Shabiha adalah milisi pro-rezim yang terkenal kejam yang membantu menumpas perbedaan pendapat di bawah al-Assad.
Pada 25 Desember, ribuan orang melakukan protes di beberapa daerah di Suriah setelah sebuah video beredar yang menunjukkan sebuah serangan terhadap sebuah kuil Alawiyah di bagian utara negara itu.
AFP tidak dapat memverifikasi secara independen rekaman tersebut atau tanggal kejadiannya, namun kementerian dalam negeri mengatakan bahwa video tersebut “sudah lama dan berasal dari masa pembebasan” Aleppo pada Desember.
Kaum Alawiyah takut akan adanya serangan balik terhadap komunitas mereka, baik sebagai minoritas agama maupun karena hubungan mereka yang sudah lama dengan keluarga al-Assad.
Sejak merebut kekuasaan, kepemimpinan baru Suriah telah berulang kali mencoba untuk meyakinkan kaum minoritas bahwa mereka tidak akan disakiti.
Pekan lalu, pasukan keamanan melancarkan operasi terhadap para pejuang pro-Assad di provinsi barat Tartus, di jantung kota Alawiyah, kata media pemerintah, sehari setelah 14 personil keamanan pemerintah baru dan tiga orang bersenjata terbunuh dalam bentrokan di sana. (haninmazaya/arrahmah.id)