MOGADISHU (Arrahmah.id) – Pasukan keamanan Somalia dan kelompok sekutu telah merebut kota strategis yang dikuasai Asy Syabaab sejak 2016 di Somalia tengah, menurut pernyataan para pejabat dan Uni Afrika (AU).
Pemerintah, yang didukung oleh pasukan AU dan milisi klan, mengatakan pihaknya telah membunuh sekitar 700 anggota Asy Syabaab dan merebut kembali sejumlah pemukiman sebagai bagian dari kampanye selama berbulan-bulan untuk melonggarkan kendali kelompok yang berafiliasi dengan Al-Qaeda ini atas sebagian besar wilayah negara tersebut.
Tentara dan milisi klan lokal yang dikenal sebagai “Macawisley” telah merebut kembali sebagian besar wilayah di negara bagian Galmudug dan Hirshabelle dalam beberapa bulan terakhir dalam operasi yang didukung oleh serangan udara AS dan pasukan Uni Afrika (AU), Misi Transisi Uni Afrika di Somalia (ATMIS).
Mahamud Hasan Mahamud, walikota Adan Yabal di wilayah Shabelle Tengah, mengatakan tentara dan milisi telah menguasai kota dan distrik sekitarnya dengan nama yang sama tanpa menemui perlawanan pada Senin (5/12/2022).
“Distrik Adan Yabal ini sangat penting bagi Asy Syabaab karena merupakan jantung yang menghubungkan wilayah tengah dan selatan Somalia. Itu juga basis utama mereka dalam mengelola wilayah tengah,” kata Mahamud kepada Reuters Senin malam (5/12).
Dia mengatakan pasukan sedang menyapu kota, yang berjarak sekitar 240 km (150 mil) timur laut dari ibu kota Mogadishu, untuk mencari ranjau.
Presiden Hassan Sheikh Mohamud mengatakan pejuang Asy Syabaab telah menjadikan penduduk kota sebagai perisai manusia dan menghancurkan infrastruktur.
“Mereka membawa serta pompa sumur dan beberapa penduduk sebagai tameng (manusia) karena takut dibom,” katanya dalam pidato televisi setelah kota itu direbut.
Juru bicara Asy Syabaab tidak dapat segera dihubungi untuk mengomentari perebutan kota dan tuduhan menahan penduduk sebagai perisai manusia.
Kepala misi AU di Somalia, Mohammed El-Amine Souef, menggambarkan kota itu sebagai tempat pelatihan bagi Asy Syabaab, dan mengatakan kampanye yang lebih luas memberikan pukulan yang “destruktif dan menentukan” terhadap kelompok tersebut.
Asy Syabaab sering meninggalkan daerah sebelum serangan tentara, tetapi pemerintah sering gagal mempertahankan wilayah yang direbut kembali, kata para analis, yang memungkinkan para militan untuk kembali.
“Ketika mereka memasuki kota, Asy Syabaab tidak ada di sana,” kata Absher Mudey, seorang pemilik toko di Adan Yabal, kepada Reuters melalui telepon. “Sebagian besar orang melarikan diri karena mereka takut akan terjadi pertempuran.”
Kolonel Mohamed Ali, salah satu komandan operasi, mengatakan kepada AFP bahwa para pejuang melarikan diri ketika mengetahui tentara mendekat.
“Kami telah merebut kota itu tanpa perlawanan apapun dan tentara memegang kendali penuh,” tambahnya.
Sumber-sumber militer mengatakan para militan menarik diri pada Senin malam (5/12).
ATMIS, yang mendukung operasi dengan helikopter, mengatakan Asy Syabaab telah menggunakan Adan Yabal sebagai basis pelatihan.
Asy Syabaab, yang telah melancarkan pemberontakan berdarah melawan pemerintah federal Somalia yang didukung secara internasional selama 15 tahun, juga menggunakan kota itu sebagai pusat logistik.
Terpaksa keluar dari pusat-pusat perkotaan utama negara itu sekitar 10 tahun yang lalu, Asy Syabaab tetap mengakar di petak-petak luas pedesaan Somalia tengah dan selatan dan terus melakukan serangan mematikan di Mogadishu.
Pada 29 Oktober, 116 orang di ibu kota tewas dalam dua ledakan bom mobil di Kementerian Pendidikan, dan delapan warga sipil tewas dalam pengepungan hotel selama 21 jam pada 27 November.
African Union Mission in Somalia (AMISOM), inkarnasi sebelumnya dari pasukan AU di Somalia, merebut Adan Yabal dari para pejuang pada 2016 sebelum menyerahkan kendali beberapa bulan kemudian setelah pasukan Ethiopia mundur. (zarahamala/arrahmah.id)