WASHINGTON (Arrahmah.com) – Departemen Pertahanan AS (Pentagon) pada hari Selasa (17/6/2014) mengumumkan telah menangkap seorang warga muslim Libya yang mereka tuduh menjadi otak serangan terhadap Konsulat Jendral AS di kota Benghazi pada 11 September 2012 lalu, laporan The New York Times.
Dengan pesawat-pesawat drone melayang di atas kepala, sekitar dua lusin pasukan komando Delta Force AS dan dua atau tiga agen FBI turun di pinggiran kota Benghazi pada tengah malam Senin (16/6) dan menangkap Ahmad Abu Khatalah. Abu Khatalah diseret ke dalam mobil dan dilarikan oleh pasukan komando AS, menurut penjelasan pejabat Pentagon tentang operasi penangkapan tersebut. Abu Khatalah diangkut ke sebuah kapal perang Angkatan Laut AS yang berada di Laut Mediterania.
Pejabat Pentagon menyatakan Presiden Barack Obama memberikan perintah penangkapan Ahmad Abu Khatalah pada Jum’at (13/6/2014) lalu.
Pemerintah salibis AS menuduh Ahmad Abu Khatalah menjadi otak serangan terhadap Konsulat Jendral AS di kota Benghazi, Libya, pada peringatan 11 September 2012. Serangan itu menewaskan Duta BesarAS untuk Libya J. Christopher Stevensdan tiga orang stafnya. Pasukan salibis AS telah mengincar dan memburu Abu Khatalah selama dua tahun terakhir.
Para pejabat salibis AS mengatakanAbu Khatalah akan dibawa ke Amerika Serikat dalam beberapa hari mendatang untuk menghadapi tuduhan di pengadilan sipil. Sebuah dakwaan telah ditetapkan secara diam-diam pada Juli 2013 lalu dan diumumkan pada hari Selasa (17/6). Surat dakwaan itu menguraikan tiga tuduhan terhadap Abu Khatalah sehubungan dengan kematian Dubes AS Stevens, dan tiga stafnya Glen A. Doherty, Sean Smith dan Tyrone S. Woods.
Tetapi beberapa anggota Partai Republik berpendapat bahwa Abu Khattala adalah seorang teroris yang harus dikirim ke penjara militer Amerika di Teluk Guantanamo, Kuba, dan ditempatkan sebagai tentara musuh.
Baik Departemen Pertahanan AS dan Departemen Luar Negeri AS menyebut operasi penangkapan Abu Khatala sebagai “aksi sepihak AS.” Seorang pejabat pemerintah AS mengatakan Amerika Serikat tidak memberi tahu pemerintah Libya sampai setelah operasi. Langkah itu diambil AS untuk menjaga terhadap kemungkinan kebocoran dan memungkinkan para pejabat Libya untuk menolak keterlibatan dalam kasus penangkapan yang bisa menyebabkan protes rakyat Libya.
Pemerintah salibis AS menyatakan Ahmad Abu Khattala adalah pemimpin milisi Anshar Syariah Libya. Pemerintah salibis AS menengarai Anshar Syariah Libya dan Al-Qaedamemiliki kesamaan ideologi. Namun pemerintah salibis AS percaya mereka secara resmi tidak berafiliasi.
Ini merupakan pelanggaran kedaulatan Libya yang kesekian kalinya oleh negara salibis AS. Pasukan salibis AS dengan semaunya sendiri menuduh warga muslim, menangkap dan menculik mereka di Libya dengan tuduhan-tuduhan “terorisme”. Rezim sekuler Libya membiarkan saja tindakan pasukan salibis AS tersebut.
(muhib al majdi/arrahmah.com)