DOUMA (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Suriah telah meluncurkan serangan darat di bawah naungan serangan udara di Douma, kota terakhir yang dikuasai pejuang Suriah di Ghautah Timur, sebagaimana dilansir World Bulletin.
Serangan pada Jum’at (6/4/2018) mengisyaratkan berakhirnya gencatan senjata 10 hari yang disepakati untuk mengevakuasi para pejuang oposisi dan warga sipil Suriah dari daerah yang dikepung di pinggiran ibukota, Damaskus.
Berdasarkan pernyataan Kelompok Pertahanan Sipil Suriah, sebuah kelompok penyelamat yang beroperasi di daerah yang dikuasai oposisi di Suriah, sedikitnya 25 warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak, tewas akibat serangan udara tersebut.
Korban tewas diperkirakan akan meningkat.
Rekaman TV yang disiarkan secara langsung menunjukkan asap tebal mengepul dari berbagai daerah di Douma.
Pasukan rezim Nushairiyah pimpinan Bashar Asad mengatakan bahwa serangan tersebut merupakan “balasan” setelah sebuah faksi dari kelompok Jaisyul Islam, kelompok oposisi yang menguasai Douma, menembaki daerah yang dikuasai pemerintah, dan menewaskan empat orang.
Adapun Jaisyul Islam, kelompok oposisi terakhir yang tersisa di Ghauta Timur, menyangkal tuduhan tersebut.
Jaisyul Islam telah melakukan negosiasi yang ditengahi Rusia dengan pemerintah Suriah selama beberapa hari terakhir.
Puluhan ribu diperkirakan akan tersisa di Douma.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pecahnya pertempuran yang baru di Douma “merupakan keprihatinan besar bagi kami”.
“Masih ada sejumlah orang yang terkepung dan terperangkap di daerah itu,” katanya kepada wartawan di markas besar PBB di New York.
Dia juga menambahkan bahwa serangan yang menargetkan infrastruktur sipil dan warga sipil merupakan bentuk “pelanggaran hukum internasional”.
Pekan lalu, dua kelompok oposisi bersepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan tentara Rusia untuk melakukan evakuasi, sehingga sekitar 19.000 orang dievakuasi ke provinsi utara Idlib.
Mereka termasuk para pejuang dari kelompok Faylaq Al-Rahman dan Ahrarus Syam, keluarga mereka dan warga lainnya.
Kelompok-kelompok oposisi menyetujui kesepakatan tersebut setelah berminggu-minggu mendapatkan bombardir secara intens dari rezim Suriah yang didukung Rusia pada Februari dan Maret yang menewaskan ratusan orang di Ghautah Timur.
Hingga saat ini, diperkirakan 150.000 penduduk Ghautah Timur telah dievakuasi ke Suriah utara. (Rafa/arrahmah.com)