IDLIB (Arrahmah.com) – Serangan gas klorin oleh helikopter pasukan rezim Nushairiyah telah menewaskan seorang anak dan melukai 40 lainnya di Saraqeb, ujar aktivis yang menambahkan bahwa ini adalah serangan kedua di kota tersebut dalam
beberapa hari terakhir, lansir Al Jazeera pada Ahad (3/5/2015).
Serangan pada Jum’at (1/5) malam di Saraqeb, provinsi Idlib, yang kini dikendalikan oleh Mujahidin, mengikuti laporan rentetan serangan helikopter serupa menggunakan bom barel pada Rabu (29/4).
Video yang disebar oleh sebuah kelompok aktivis Suriah, Pertahanan Sipil Suriah, menunjukkan petugas medis dan warga membawa anak-anak ke rumah sakit setempat karena mereka mengalami batuk tanpa henti, beberapa bernafas dengan terengah- engah.
Sebuah video dari Nareb, kota lain di provinsi Idlib, memperlihatkan tim medis merawat diri mereka sendiri dengan menghisap oksigen setelah menyelamtkan warga.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris melaporkan mengutip pejabat medis di Nareb bahwa seorang anak tewas, meskipun penyebab kematian tidak jelas.
Komite Koordinasi Lokal, kelompok aktivisi lainnya juga melaporkan adanya serangan kimia di Saraqeb.
Namun media corong propaganda rezim tidak melaporkan adanya serangan.
Serangan terakhir terjadi sehari setelah Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) yang memiliki hubungan ke PBB dan mendapat dukungan dari 190 negara, mengatakan siap untuk menyelidiki beberapa serangan klorin dalam beberapa bulan
terakhir.
Berbagai pihak menunjuk rezim Assad bertanggung jawab terhadap serangan yang menggunakan gas klorin karena dijatuhkan dari helikopter di mana hanya rezim Assad yang memilikinya. Hanya Rusia yang membela rezim dan mengklaim tidak ada bukti atas tuduhan tersebut.
15 utusan menghadiri pertemuan PBB, mendengar kesaksian oleh dokter Suriah yang merawat korban serangan Sarmin yang menewaskan enam orang dari satu keluarga yang sama, tiga anak, kedua orang tua mereka dan nenek mereka.
Dr. Zaher Sahloul, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa peristiwa tersebut sangat traumatis.
“Dokter dan perawat berjuang untuk merawat mereka. Mereka semua memiliki gejala pernapasan, mengalami batuk, beberapa dari mereka terdapat cairan di paru-paru mereka,” ujar Sahloul.
Kelompok HAM Amnesti Internasional mengatakan dugaan serangan gas klorin di Sarmin adalah bukti kejahatan perang terbaru yang dilakukan oleh rezim Assad dan harus dirujuk ke pengadilan internasional sebagai hal yang mendesak.
“Serangan-serangan mengerikan ini yang mengakibatkan kematian warga sipil, termasuk anak-anak kecil yang mengalami kematian yang menyiksa,” ujar Philip Luther direktur program Amnesti Internasional untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.
Klorin pertama kali digunakan dalam Perang Dunia I dengan efek bencana ketika masker gas tidak banyak tersedia. Kebanyakan negara melarang penggunaannya dalam perang dalam Protokol Jenewa 1925. (haninmazaya/arrahmah.com)