TAGAB (Arrahmah.com) – Sembari NATO bersiap untuk menyerahkan kontrol ke tangan tentara Afghanistan pada tahun 2014, pasukan koalisi sedang mengintegrasikan diri untuk membantu membangun kembali kekuatan nasional dan menemani tentara ke dalam pertempuran.
Di Tagab, timur laut Afghanistan, terdapat 56 tentara Perancis yang selama ini diklaim membantu Tentara Nasional Afghanistan (ANA) untuk mengusir ‘pemberontak’ di lembah Kapisa, dekat perbatasan Pakistan.
“Pasukan Afghan berani. Mereka memiliki cara yang sangat alami dalam bertempur,” kata seorang letnan kolonel dari Infanteri 1 Marinir Resimen Parasut, yang namanya tidak dapat diungkapkan. Ia ditugaskan memimpin French Operational Mentor and Liaison Team (OMLT) yang membimbing komandan resimen Afghanistan.
Menurutnya, misi ini adalah misi kompleks bagi pasukan internasional karena mereka bukan hanya harus menghadapi tentara yang masih pemula, tetapi juga 80 sampai 90 persennya menderita buta huruf.
Namun, pejabat Prancis mengatakan: “Secara keseluruhan, mereka cukup responsif.
Tentara Afghanistan, tambahnya, tidak takut mati.
“Bagi mereka, jika ada satu orang tewas dan satu terluka, prioritas adalah mayat, karena harus dikubur dalam waktu 24 jam (sesuai dengan kepercayaan Islam),” katanya.
“Saya bekerja dengan pilot helikopter (Perancis) untuk memastikan mereka mengevakuasi mayat dan korban cedera,” timpal salah seorang pejabat keamanan Afghanistan, Letnan Kolonel Hussein.
Pejabat Perancis itu menyatakan bahwa selama ini Perancis berusaha semaksimal mungkin untuk mendampingi angkatan bersenjata Afghanistan, termasuk juga mencarikan fasilitas dan sejenisnya. “Namun, ketika kami pergi, saya pikir mereka akan sepenuhnya mengambil alih. Ini adalah masalah kelangsungan hidup mereka sendiri.” (althaf/arrahmah.com)