SINAI (Arrahmah.com) – Sedikitnya 15 polisi perbatasan Mesir tewas atau terluka dalam serangan bersenjata yang menargetkan sebuah pos polisi di utara Sinai, perbatasan antara Mesir dengan Israel, ujar pihak berwenang Mesir.
Televisi pemerintah Mesir mengatakan bahwa kelompok Islam berada di balik serangan yang terjadi pada Minggu (5/8/2012) namun tidak memberikan jumlah pasti korban tewas. Tetapi sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Serangan ini terjadi sebulan setelah pria bersenjata menembak mati dua tentara Mesir dalam serangan fajar di utara Sinai.
Reporter Al Jazeera yang melaporkan dari Kairo mengatakan bahwa pihak berwenang yakin ada sejumlah besar korban, walaupun mereka tidak memberikan angka pasti.
Mohamed Morsi, presiden Mesir, menyeru militer untuk mengadakan pertemuan mendesak, ujar partainya dalam laman facebook.
Seorang pejabat keamanan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan tujuh penjaga lain terluka dalam serangan itu.
Dia mengatakan para penyerang menyita sebuah kendaraan lapis baja sebelum akhirnya meninggalkan lokasi kejadian.
Israel mengatakan para penyerang yang menggunakan dua kendaraan berusaha menyerbu perbatasan.
Salah satu kendaraan diklaim telah menjadi sasaran pesawat tempur Israel, ujar Avital Leibovich, juru bicara militer Israel. Ia menambahkan bahwa tujuh penyerang “tewas”, tiga di wilayah Mesir dan empat di wilayah Israel.
Tentara Zionis menyisir daerah tersebut untuk mencari para penyerang yang mungkin masih berada di sisi perbatasan Israel.
Sinai adalah rumah bagi resort Laut Merah, sumber pendapatan wisata yang sangat menguntungkan dan juga di mana Badui Mesir tinggal, mereka telah lama terpinggirkan di bawah rezim diktator Hosni “Mubarak”.
Sebelum serangan Juli, pejuang Islam telah membagikan pamflet yang menyerukan tentara untuk meninggalkan wilayah utara Sinai.
Serangan itu terjadi di Sheikh Zuwaid, sebuah kota yang terletak sekitar 15 km dari sebelah barat Jalur Gaza.
Militer Mesir mengatakan telah mengirimkan tank dan tentara ke wilayah tersebut untuk menumpas para pejuang Islam setelah menerima izin dari Israel.
Di bawah perjanjian perdamaian 1979 dengan Israel, Mesir memiliki kehadiran militer terbatas di daerah tersebut. (haninmazaya/arrahmah.com)