AL-QUDS (Arrahmah.com) – Pasukan penjajah “Israel” pada Kamis (6/3/2014) sore menahan empat warga Palestina dalam serangan di Al-Quds Timur, termasuk dua diantaranya ialah yang ditahan setelah bentrokan pecah dalam serangan di Al-Issawiya, lansir Ma’an.
Pasukan “Israel” menahan dua anggota keluarga Issawi dan memberi perintah kepada mereka untuk bertemu dengan intelijen “Israel” untuk dimintai keterangan untuk yang ketiga kalinya selama penggerebekan.
Shadi Issawi ditahan dalam serangan di Asosiasi Elia untuk Pemuda di Jalan Salah Al-Din di Al-Quds Timur.
Para saksi mata mengatakan tentara dan pasukan khusus “Israel” menginterogasi para siswa di sana selama penggerebekan, memaksa mereka keluar dari kelas mereka dan mengambil kartu identitas mereka selama interogasi sebelum melepaskan mereka.
Setelah membuat kekacauan di lembaga itu, saksi mata mengatakan pasukan “Israel” juga menyita empat komputer dan kamera.
Sahdi sebelumnya pernah ditahan selama dua minggu saat saudaranya Samer Issawi mogok makan selama 266 hari di penjara “Israel”.
Pasukan “Israel” juga menyerbu desa Al-Issawiya di Al-Quds Timur dan mentahan Shireen Issawi, seorang pengacara terkemuka dari keluarga yang sama.
Ayah Issawi, Abu Rafat, mengatakan bahwa pasukan “Israel” menyerbu rumahnya serta rumah anaknya, Medhat, dan menyita komputer, telepon seluler, dan dokumen lainnya selama penggerebekan.
Medhat menerima pemberitahuan untuk bertemu dengan pasukan intelijen “Israel” selama serangan itu, kata Abu Rafat.
Bentrokan kemudian meletus di desa sekitar Jalan Al-Madares, dan dua orang ditahan oleh pasukan “Israel” yang menyamar selama bentrokan. Salah satu yang ditahan diidentifikasi sebagai Ammar Adaweya, sementara yang lainnya belum diketahui.
Sementara seorang juru bicara polisi “Israel” menolak untuk segera memberi konfirmasi.
Penahanan dan penggerebekan oleh pasukan penjajah “Israel” menargetkan anggota keluarga mantan tahanan Samer Issawi.
Samer dibebaskan dari penjara “Israel” pada bulan Desember sebagai bagian dari perjanjian di mana dia mengakhiri mogok makan 266 harinya, karena dia telah menjadi sorotan dunia internasional yang memfokuskan perhatian pada nasib ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara “Israel”.
Mogok makan Samer merupakan salah satu aksi yang telama dalam sejarah, dan telah membuatnya hampir mati kelaparan. (banan/arrahmah.com)