Seorang remaja Liberia yang mengaku diperkosa tentara PBB. Remaja Liberia ini mengatakan dia hamil setelah diperkosa pasukan PBB yang bertugas di sana. Kasus seperti ini tidaklah sedikit. Anak-anak perempuan yang diwawancarai oleh PBB mengatakan mereka sering bertemu dengan tentara yang memaksa melakukan hubungan seks dengan mereka dengan imbalan uang atau makanan. Seorang pejabat senior PBB mengakui bahwa klaim tersebut bisa dipercaya.
PBB menghadapi beberapa skandal yang dilakukan oleh pasukannya dalam beberapa tahun terakhir, termasuk jaringan pedofil di Kongo dan perdagangan perempuan di Kosovo.
Asisten sekretaris jenderal yang bertanggungjawab atas operasi penjaga perdamaian mengakui bahwa praktek pelanggaran seksual oleh staf PBB terjadi di beberapa tempat.
“Kami menghadapi masalah ini mungkin sejak tugas penjaga perdamaian dilakukan – eksploitasi terhadap penduduk yang menderita,” kata Jane Holl Lute sebagaimana dikutip BBC.
Pelanggaran
PBB dijadwalkan untuk menggelar konperensi khusus di New York pada Senin 4 Desember untuk membahas masalah ini.
Penyelidikan BBC dilakukan sebagai bagian dari program seri khusus Generation Next yang difokuskan pada remaja di bawah usia 18 tahun.
Di Haiti, anak jalanan berusia 11 tahun melaporkan penyiksaan seksual yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian di luar gerbang istana presiden di Port-au-Prince.
Seorang anak perempuan 14 tahun menceritakan dia diculik dan diperkosa di pangkalan angkatan laut PBB di Haiti dua tahun lalu.
Meski dibarengi dnegan laporan dokter yang lengkap, tuduhan itu ditepis oleh PBB karena kurang bukti – dan tentara yang dituding melakukan perkosaan kembali ke negara asalnya.
Di Liberia, seorang anak perempuan berusia 15 tahun mengatakan dia diserang oleh seorang tentara PBB pada tanggal 15 November.
Pada bulan Mei tahun ini, penyelidikan BBC lainnya mengungkap penyiksaan sistematis di Liberia, termasuk pemberian makanan kepada remaja di tempat-tempat pengungsian jika mau melakukan hubungan seks.
PBB menanggapi tuduhan ini dengan memperketat aturan, dengan menunjuk 500 pemantau yang ditempatkan di berbagai daerah di negara itu, dan memberlakukan latihan wajib bagi semua personel.
Seorang petugas ORNOP setempat mengatakan laporan-laporan tentang penyiksaan seksual yang dilakukan oleh pasukan penjaga perdamaian “masih terjadi meski berbagai upaya sudah dilakukan untuk menghentikannya”. [bbc/cha/hidayatullah]