PAKISTAN (Arrahmah.com) – Rakyat Pakistan marah besar. Pasukan NATO, yang selama ini menjadi koalisi pasukan Pakistan untuk memburu mujahidin, kini terbukti menewaskan juga 24 orang tentara Pakistan, Sabtu (26/11/2011). Ribuan orang menggelar unjuk rasa di depan Kantor Konsulat AS di Karachi, mengutuk insiden tersebut. Akhir sebuah koalisi?
Rakyat Pakistan marah dan kecam AS
Ganyang Amerika! Demikian teriakan para pendemo, sambil menaiki dinding di sekitar komplek konsulat AS di Karachi yang dijaga ketat.
“Amerika menyerang kami. Pemerintah harus segera memutuskan hubungan dengan AS,” teriak Naseema Baluch, ibu rumah tangga yang berada di antara kerumunan unjuk rasa itu.
“Amerika ingin menduduki negara kami, tapi kami tidak akan membiarkannya,” katanya lagi, seraya berteriak.”
Semua kemarahan ini ditunjukkan rakyat Pakistan dalam sebuah demonstrasi di depan Kantor Konsulat AS di Karachi, mengutuk insiden tewasnya 24 orang tentara Pakistan oleh pasukan kafir NATO, Sabtu (26/11/2011).
Kemarahan yang ditunjukkan warga Pakistan terus menyebar, menyusul insiden serangan pasukan NATO yang menewaskan 24 orang tentara Pakistan. Ribuan orang menggelar unjuk rasa di depan Kantor Konsulat AS di Karachi, mengutuk insiden tersebut. Pakistan juga menutup jalur distribusi NATO ke Afghanistan yang melintas di perbatasan Pakistan.
Ironisnya, insiden serangan udara ini terjadi sehari setelah Jenderal Amerika John Allen bertemu Kepala Staf Angkatan Darat Pakistan, Jenderal Pervez Kayani untuk membicarakan kontrol perbatasan dan peningkatan kerja sama.
NATO : Insiden tidak disengaja!
Ironisnya, terhadap insiden yang mencengangkan tersebut, NATO hanya mengatakan tidak sengaja. NATO mengatakan : “insiden tragis yang tidak disengaja”.
Amerika tentu saja ketakutan dan berharap insiden tersebut tidak memicu aksi yang lebih luas dari rakyat Pakistan yang akhirnya memutuskan koalisi yang selama ini sudah dibangun antara Amerika dan sekutu-sekutunya dengan rezim kafir murtad Pakistan.
Untuk itu, AS menekankan pentingnya menjaga hubungan dan mengatakan mendukung sepenuhnya rencana penyelidikan yang dilakukan NATO. Mereka juga menyatakan penyelidikan kini sedang dilangsungkan.
“Kejadian ini memperkeruh suasana dan perlu diselidiki,” kata seorang pejabat AS di Washington.
“Ini penting agar kepercayaan itu bisa tetap terjaga,” tandasnya.
Sabtu dini hari, Menteri Pertahanan AS Leon Panetta dan Menlu Hillary Clinton mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengatakan rasa ”duka yang mendalam atas korban yang ditimbulkan dan mendukung sepenuhnya keinginan NATO untuk menyelidiki insiden ini”.
Sebelumnya pejabat NATO Brigadir Jenderal Carsten Jacobson mengucapkan bela sungkawa dan mengatakan akan melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
“Duka yang mendalam atas korban yang ditimbulkan dan mendukung sepenuhnya keinginan NATO untuk menyelidiki insiden ini.”
Sebagaimana diberitakan, serangan itu sendiri terjadi di pos pemeriksaan Salala, sekitar 2,5 km dari perbatasan Afghanistan, sekitar pukul 02:00 Sabtu dini hari waktu setempat. Militer Pakistan mengatakan helikopter dan pesawat tempur menyerang dua pos perbatasan, menewaskan 24 orang dan 13 lainnya luka.
Pemerintah Pakistan sendiri hingga kini masih mempertanyakan mengapa serangan mematikan tersebut bisa terjadi. Insiden ini makin meningkatkan kemarahan di pihak militer Pakistan, setelah mereka sebelumnya ‘dipermalukan’ operasi serangan terhadap pemimpin Al-Qaeda, Syekh Usamah bin Laden, rahimahullah, Mei lalu.
Pakistan : Putus hubungan dengan AS!
Atas insiden yang sangat mengenaskan ini, Pakistan akan mengkaji semua bentuk kerja sama dengan AS dan NATO. Sementara itu, pemakaman 24 tentara Pakistan diiringi kemarahan warga Pakistan terhadap insiden serangan NATO.
Sebuah komite yang dipimpin oleh Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani juga memutuskan untuk memotong jalur bantuan NATO ke Afghanistan yang melewati Pakistan.
Gilani mengatakan serangan itu sebagai sebuah ”pelanggaran atas kedaulatan Pakistan”.
Wartawan BBC di Islamabad melaporkan, insiden ini merupakan kesalahan yang sangat serius yang dilakukan NATO, yang sebenarnya bergantung pada rute melewati Pakistan sebagai jalur untuk membantu perang di Afghanistan.
Dalam sebuah rapat kabinet komite pertahanan yang dikumpulkan oleh Gilani, diputuskan bahwa pemerintah akan ”mengkaji semua program, aktivitas dan kerjasama dengan AS, NATO, dan ISAF, termasuk hubungan diplomatik, politik, militer, dan intelejen”.
Termasuk ”menutup secepatnya jalur logistik NATO/ISAF ke Afghanistan,” demikian isi pernyataan yang dikeluarkan oleh Gilani.
Dengan keputusan ini maka dua daerah perbatasan dengan Afghanistan di Torkham dan Chaman yang selama ini digunakan sebagai jalur lalu lintas NATO ditutup. Komite ini juga meminta AS untuk mengosongkan pangkalan udara Shamsi dalam jangka waktu 15 hari, di mana AS sering meluncurkan serangan roket. Selain itu, Pakistan juga menutup jalur distribusi NATO ke Afghanistan yang melintas di perbatasan Pakistan.
Bagi rezim militer Pakistan, insiden ini tentu saja memperburuk hubungan koalisi salibis internasional pimpinan AS tersebut dengan mereka yang sempat membaik pasca penggrebekan pimpinan Al Qaeda, Syekh Usamah bin Laden, rahimahullah. Bagi rakyat Pakistan yang mayoritas kaum Muslimin, insiden ini membuka mata mereka bahwa AS dan NATO sejatinya adalah musuh yang tidak bisa dipercaya dan sudah menjadi kewajiban untuk memutus permanen hubungan dengan mereka.
Wallahu’alam bis showab!
(M Fachry/arrahmah.com)