BRUSSELS (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg telah berbicara dengan penjabat menteri pertahanan AS yang baru tentang komitmen aliansi untuk tetap di Afghanistan selama diperlukan, juru bicaranya mengatakan Senin (16/11/2020), di tengah spekulasi bahwa Presiden Donald Trump mungkin memerintahkan penarikan cepat pasukan AS di negara itu.
Juru bicara NATO Oana Lungescu mengatakan Stoltenberg mengadakan pembicaraan dengan Christopher Miller pada hari Jumat tentang “agenda aliansi militer pimpinan AS yang beranggotakan 30 negara, termasuk situasi di Afghanistan,” dan bahwa “posisi NATO tidak berubah” mengenai peran keamanannya dalam konflik tersebut. negara yang hancur.
“Tidak ada sekutu NATO yang ingin tinggal lebih lama dari yang diperlukan. Pada saat yang sama, kami ingin mempertahankan keuntungan yang diperoleh dengan pengorbanan tersebut, dan untuk memastikan bahwa Afghanistan tidak pernah lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris yang dapat menyerang Amerika Serikat atau sekutu NATO lainnya,” kata Lungescu.
NATO mengambil alih upaya keamanan internasional di Afghanistan pada tahun 2003, dua tahun setelah koalisi pimpinan AS menggulingkan Taliban karena menyembunyikan mantan pemimpin al-Qaeda Syaikh Usamah bin Laden. Pada 2014, mereka mulai melatih dan memberi nasihat kepada pasukan keamanan Afghanistan, tetapi secara bertahap menarik pasukan sejalan dengan kesepakatan perdamaian yang ditengahi AS.
“Kami mendukung proses perdamaian Afghanistan, dan sebagai bagian dari itu, kami terus menyesuaikan kehadiran kami,” kata Lungescu. Dia mencatat bahwa NATO telah mengurangi kehadirannya “menjadi di bawah 12.000 tentara, dan lebih dari setengahnya adalah pasukan non-AS.”
Tentara Amerika setidaknya setengah dari pasukan yang berpartisipasi dalam misi Dukungan Tegas. Sekitar 8.000 tentara AS terlibat pada bulan Agustus. Sekutu NATO dan mitranya mengandalkan kekuatan udara, transportasi, logistik, dan bantuan medis AS untuk beroperasi. Kecil kemungkinan misi tersebut dapat berfungsi atau bahkan pergi tanpa bantuan AS yang signifikan.
Lungescu mengatakan bahwa sekutu NATO “akan terus berkonsultasi tentang masa depan misi kami di Afghanistan, dan kami siap untuk lebih menyesuaikan misi kami, dengan cara yang terkoordinasi dan berdasarkan kondisi di lapangan.”
Kekerasan dan kekacauan telah meningkat di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir bahkan ketika negosiator pemerintah dan Taliban bertemu di Qatar untuk mengakhiri perang tanpa henti selama beberapa dekade di Afghanistan. Kedua belah pihak hanya membuat sedikit kemajuan.
Sedikitnya dua pasukan keamanan pemerintah tewas dan empat lainnya cedera pada hari Jumat dalam serangan bom mobil bunuh diri di Kabul. Tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab, meski kesalahan langsung ditimpakan pada Taliban. (Althaf/arrahmah.com)