BENGHAZI (Arrahmah.com) – Komandan Pasukan Khusus Tentara Nasional Libya pada Senin (19/5/2014) mengumumkan bergabung dengan pasukan purnawirawan Jendral Khalifah Haftar yang melakukan kudeta militer untuk menggulingkan pemerintah Libya, islammemo melaporkan.
“Kami bersama Haftar,” kata Komandan Pasukan Khusus Libya Kolonel Wanis Bukhamada kepada Reuters di bagian timur kota Benghazi.
Kolonel Wanis Bukhamada dalam pernyataan video yang disiarkan oleh TV Libya pada Senin (19/5) malam dari kamp militernya di kota Benghazi mengatakan, “Pasukan Khusus telah bergabung dengan “Perang Kemuliaan” dengan seluruh senjata dan perlengkapan perangnya”.
“Perang Kemuliaan” adalah nama untuk operasi militer besar-besaran yang digelar oleh pasukan purnawan Jendral Khalifah Haftar di kota Benghazi, Tripoli dan beberapa kota utama lainnya di Libya. Dalam kampanyenya Haftar menegaskan operasi militer itu bertujuan “membersihkan Libya dari kelompok-kelompok ekstrim Islam”.
Pasukan Haftar memulai operasi militer skala besar tersebut pada Jum’at (16/5/2014) malam dengan menyerang milisi Anshar Syari’ah dan penduduk sipil di kota Benghazi. Serangan yang didukung oleh pesawat tempur dan tank itu menewaskan lebih dari 70 penduduk kota Benghazi.
Dalam pernyataan video pada Senin malam, Bukhamada menegaskan, “Pasukan Khusus senantiasa berperang sejak 1,5 tahun terakhir untuk menghantam sarang-sarang teroris dan ekstrimis Islam. Pasukan Khusus telah mempersembahkan serangkaian dan harian korban gugur, cacat dan cedera; dan Pasukan Khusus akan melanjutkan peperangan melawan terorisme melalui operasi “Perang Kemuliaan.”
Sebelumnya Pangkalan Udara di kota Tobruk, Libya timur juga mengumumkan bergabung dengan pasukan Haftar.
Kampanye Haftar mengumandangkan slogan melawan milisi “teroris Islam”. Namun pasukan Haftar dan milisi-milisi pendukungnya menyerang gedung Parlemen Libya di ibukota Tripoli pada hari Ahad (18/5/2014).
Hal itu membuat Pemerintah Otoritas Libya menuduh Haftar melakukan upaya kudeta militer di negara produsen minyak bumi tersebut. Kampanye “perang melawan milisi teroris Anshar Asy-Syari’ah” diduga kuat hanya kedok untuk melegalkan kudeta militer yang dipimpin oleh Haftar. Pemerintahan Libya saat ini dalam kondisi tidak stabil pasca pengangkatan PM Ahmad Maiteeq dua pekan yang lalu.muhib al majdi/arrahmah.com)