AFGHANISTAN (Arrahmah.com) – Pasukan keamanan penjajah AS dan sekutunya pada Rabu (19/4/2017) masih memblokir akses ke provinsi Nangarhar, timur Afghanistan, di mana pasukan penjajah AS menjatuhkan bom di daerah yang diduga basis ISIS pada enam hari lalu, lansir Zaman Alwasl.
Militer AS telah menjatuhkan Ordnance Air Blast GBU-43/B miliknya, yang dijuluki “Mother of All Bombs” (Ibu segala bom), pertama kalinya pada 13 April.
Yang menjadi target pemboman itu dikatakan adalah tempat persembunyian kelompok ISIS atau Daesh di distrik Achin, provinsi Nangarhar.
Ledakan bom besar tersebut menimbulkan gelombang getaran yang besar yang dikatakan oleh pendudukan bahwa mereka merasa itu jauhnya beberapa mil. Kementrian pertahanan Afghan mengklaim serangan tersebut telah menewaskan 95 “militan”, termasuk beberapa komandan Daesh.
Namun pernyataan tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen, sebab para wartawan termasuk koresponden AFP menjauh dari situs ledakan pada Rabu meskipun tidak ada tanda-tanda adanya peperangan di daerah tersebut.
Ahmad Jan, seorang warga Achin yang melarikan diri dari pertempuran ISIS dan pindah bersama keluarganya di ibukota provinsi Jalalabad jauh sebelum bom non-nuklir terbesaritu dijatuhkan, mengatakan kepada AFP bahwa ia tidak tahu apakah rumahnya atau kerabatnya selamat dari serangan itu.
“Tidak ada yang bisa kesana, mereka sepenuhnya sudah memblokir area itu. Saya tidak tahu apakah rumah saya hancur. Mereka bahkan tidak menunjukkan mayat siapapun kepada orang-orang,” katanya.
Seorang juru bicara pasukan khusus Afghanistan mengatakan bahwa ranjau darat dan “kantong-kantong perlawanan” di puncak gunung-gunung telah jarang beroperasi di daerah tersebut. Dia tidak menyebutkan apakah yang dimaksud adalah ISIS.
Para penjabat polisi di Nangarhar masih tutup mulut terkait serangan itu, dan begitupun juga dengan pasukan penjajah NATO pimpinan AS di Afghanistan belum mau berkomentar pada Rabu, Mereka mengatakan bahwa pekan ini mereka masih meninjau situasi.
Sejumlah rakyat Afghan telah mengecam tindakan yang menggunakan negaranya sebagai lahan uji coba senjata, dan melawan “militan” yang menurut mereka bukanlah ancaman yang besar sehingga harus menggunakan bom berskala besar.
Seorang analis dan pensiunan jenderal Atiqullah Amarkhail mengatakan kepada AFP bahwa militer AS membutuhkan waktu untuk menganalisa dampak dari bom itu dan membersihkan puing-puing.
“Ini bukanlah bom biasa. Ini membawa berbagai jenis bahan peledak khusus, ini diuji coba di area pegunungan untuk pertama kalinya, Saya yakin sebuah tim ahli AS sekarang sedang bekerja di lapangan untuk mengkaji dampak dan pengaruhnya,” ujarnya.
ISIS, yang memiliki basis kuat di Suriah dan Irak, telah melakukan pengkaderan di Afghanistan, mereka disebut Daesh oleh orang Afghan.
Namun Daesh nampaknya tidak diterima dengan baik di Afghanistan. Daesh bahkan menyulut api permusuhan dengan Mujahidin Imarah Islam Afghanistan (IIA) atau Taliban yang sedang berjuang melawan penjajahan asing di tanah air mereka.(siraaj/arrahmah.com)