SHAN’A (Arrahmah.com) – Yemen Post melaporkan bahwa pada saat kunjungan utusan Dewan Keamanan PBB ke Yaman pada Ahad (27/1/2013) untuk sebuah pertemuan tertutup dengan para pejabat rezim boneka Yaman dan Dewan Kerja sama Teluk (GCC), para penduduk Shan’a dikejutkan dengan pengerahan militer asing di kota mereka.
Dengan dalih untuk menjamin keamanan para pejabat negaranya dan memastikan tidak ada faksi, kelompok atau individu yang akan menggagalkan negosiasi itu, Amerika Serikat (AS), Perancis dan Inggris mengerahkan pasukannya di darat dan udara Shan’a.
Warga setempat mengatakan kepada Yemen Post pada Ahad bahwa mereka melihat pesawat-pesawat Perancis berpatroli di langit Shan’a dengan menunjukkan kekuatannya, yang mana mereka merasa pesawat-pesawat itu berada tepat di atas kepala mereka dan seakan sengaja menghina potensi militer Yaman.
Seorang pensiunan jenderal Yaman, Ali Muhsin Khawlani, menekankan bahwa Yaman seharusnya memegang kendali semua urusan keamanan. “Pasukan bersenjata kita mampu secara sempurna dan dilatih dengan baik. Pesan apa yang disampaikan untuk melihat pasukan asing menginvasi ibukota kita? Apakah kita sedang menuju penjajahan militer?” katanya.
Sumber-sumber keamanan mengungkapkan pada Sabtu (26/1) malam bahwa 250 Marinir asing tiba di Shan’a, meningkatkan kembali kehadiran militer di negara itu. Selain para Marinir, beberapa agen CTU Amerika -unit kontra-terorisme- dikatakan telah dikerahkan di seluruh Shan’a untuk menghadang setiap “ancaman.”
Pasukan Inggris juga berserakan di Shan’a, bersama sekutu Amerika mereka untuk mengendalikan situasi di darat. Sementara puluhan pesawat tempur Perancis dikerahkan untuk berpatroli di udara.
Di saat pasukan kafir asing diizinkan mengerahkan kekuatan militer mereka ke Yaman, di sisi lain Presiden boneka Yaman Abdu Rabbu Mansour Hadi pada pekan lalu mengeluarkan perintah kepada rakyat Yaman di Shan’a untuk tidak membawa senjata apapun, setelah permintaan para pejabat asing menjelang kedatangan utusan PBB ke Shan’a.
Rezim boneka Yaman dan para penjajah asing berharap pada Februari 2014 mendatang mereka bisa menggelar pemilu presiden Yaman dan untuk menetapkan konstitusi baru bagi negara itu, yang menurut mereka akan “mengakhiri” krisis politik yang telah berlangsung selama dua tahun dan tentu untuk melanjutkan agenda memerangi Mujahidin Al-Qaeda di Semenanjung Arab. (siraaj/arrahmah.com)