YERUSALEM (Arrahmah.id) – Pasukan “Israel” menyerbu kamp pengungsi Shuafat di Yerusalem Timur yang diduduki pada Rabu (25/1/2023) dan menutup daerah tempat tinggal Udai Tamimi dan orang tuanya.
Ratusan tentara “Israel” mengambil posisi di atas atap dan di gang-gang di kamp pengungsi Palestina yang padat itu, sementara pada saat yang sama, sekelompok dari mereka masuk ke gedung bertingkat dan menuju ke rumah Tamimi. Gedebuk keras terdengar saat tentara “Israel” mulai merobohkan tembok apartemen tempat Udai dan orang tuanya dulu tinggal.
Udai Tamimi, yang menurut polisi “Israel”, melepaskan tembakan ke pos pemeriksaan militer “Israel” di Yerusalem Timur yang diduduki-membunuh, seorang tentara “Israel” dan melukai satu lagi, pada Oktober tahun lalu.
Serangan itu memicu perburuan dan tindakan keras di lingkungan Yerusalem timur tempat dia tinggal.
Setelah serangan penembakan yang menewaskan tentara itu, penyerang melarikan diri, memicu pengejaran selama seminggu dan pembatasan ketat di sekitar kamp pengungsi Shuafat. Selama pencarian, pasukan keamanan “Israel” memperketat titik masuk dan keluar kamp, membuat kehidupan terhenti bagi sekitar 60.000 penghuninya.
Penduduk Palestina berbicara tentang kondisi “seperti pengepungan” saat “Israel” memperketat jalur keluar masuk di sekitar kamp pengungsi.
Tamimi (21) akhirnya ditembak dan dibunuh setelah melakukan penyerangan kedua di pintu masuk Maale Adumim, sebuah pemukiman ilegal “Israel” di Tepi Barat yang diduduki, sebelah timur Yerusalem.
Serangan penembakan itu digambarkan sebagai “pukulan besar” bagi tentara “Israel” mengingat kemajuan teknologi dan sistem pengawasan canggih yang dipasang di pos pemeriksaan dan di sekitarnya.
Menteri Keamanan Nasional “Israel”, Itamar Ben-Gvir, seorang ekstremis ultranasionalis sayap kanan yang sangat membenci Islam, menyambut baik pembongkaran tersebut.
“Langkah ini sangat penting, tetapi tidak cukup sama sekali. Kita harus menghancurkan semua rumah teroris dan mendeportasi para teroris itu sendiri dari Palestina,” katanya dalam sebuah pernyataan.
“Israel” telah melakukan penghancuran rumah setiap orang yang melakukan penyerangan jauh sebelum masuknya pemerintah saat ini dan mengatakan taktik itu menghalangi penyerang di masa depan. Palestina dan kelompok hak asasi memandangnya sebagai “hukuman kolektif.”
Bentrokan kecil pecah antara pasukan “Israel” dan pemuda Palestina saat pembongkaran dimulai. (zarahamala/arrahmah.id)